Cari Blog Ini

Minggu, 26 Januari 2014

TENTANG SYI'AH - BAGIAN V

Musa Al Kazim mencegah kemarahan Allah

Musa Al Kazim (seseorang yang diakui sebagai Imam bagi Syi’ah) berkata: “Sesungguhnya Allah murka pada kaum Syiah. Kemudian Allah menyuruh saya memilih diri saya ataukah mereka, maka demi Allah, aku selamatkan mereka dari kemurkaan Allah (Al Kafi 1/260).

Bandingkanlah dengan ajaran di Alkitab ini, bahwa Tuhan kalah dalam pergumulan dengan manusia yang bernama Yakub (pemimpin Israil) dan pergi menghindari penakluknya (Kitab Kejadian pasal 32 ayat 28)

Fatimah adalah Tuhan yang berwujud seorang wanita

Amiril Mu’minin berkata: “Fatimah bukan wanita biasa melainkan seorang wanita titisan Tuhan. Tapi dia memiliki sifat manusia seutuhnya. Ia adalah Wanita dari kerajaan besar yang menampakkan diri dengan wujud manusia bahkan dia adalah eksistensi tuhan yang berwujud seorang perempuan. (Al Wasilah ilallah karangan Ibrahim Al Ansari hal-7)

            Bandingkanlah dengan ajaran Paulus, seorang Yahudi pengacau, di sini:

Yesus itu adalah Tuhan dan kita hidup karena ia, di 1 KORINTUS 8:6: Namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup.
Menurut ‘ayat suci’ buatan Paulus di atas, Yesus adalah Tuhan.
Padahal, Yesus sendiri sama sekali bukan Tuhan dan tidak pernah sama-sekali menyatakan dirinya sebagai Tuhan.
Kata-kata Yesus dalam Injil-injil kanonik yang diakui Kristen sampai saat ini justru menunjukkan bahwa ia hanyalah seorang utusan Allah kepada umat Israel, sebagaimana berikut di ULANGAN 4:35, MATIUS 15:24, MARKUS 12:29-30, YOHANES 17:3, ULANGAN 6:4, YESAYA 46:9.            

Kedudukan para Imam Syi’ah yang (didudukkan oknum Syi’ah menjadi) amat sangat tinggi sekali

Taat kepada Ali dan Fatimah lebih penting daripada taat kepada Allah

Dalam mukadimah tafsir Al Burhan tercantum:

Bahwa Allah berfirman Ali bin Abi Tholib adalah hujjahKu di atas ciptaan-Ku. Saya tidak aadkan memasukkannya ke neraka siapa yang memberikan haknya walau dia mendurhakai-Ku dan tidak akan saya masukkan surga orang yang mengingkarinya walau ia taat pada-Ku

(Al Burhan hal 23).

Sesungguhnya Allah akan memasukkan ke dalam surga siapa saja yang mentaati imam Ali WALAUPUN IA MENDURHAKAI ALLAH, dan sesungguhnya Allah akan memasukkan neraka siapa saja yang menentang imam Ali WALAUPUN IA MENTAATI ALLAH TA’ALA.
(Lihat kitab “Kasyful Yakin fi Fadhail Amiril Mukminin” karya Hasan bin Yusuf Al-Muthahhir Al-Hulli)

Mereka berkata: “Seungguhnya ‘Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu, dialah yang membagi surga dan neraka. Dia akan memasukkan penduduk surga kedalamnya dan penduduk neraka kedalamnya.”
(Kitab “Bashair Ad-Darajaat” karya Ash-Shaffar, 8/235)

“Sesunggunya Fathimah radhiallahu ‘anha adalah titisan tuhan yang menjelma dalam bentuk seorang wanita.”
(Kitab “Al-Asrarul Fathimiyyah” karya Muhammad Al-Mas’udi, hal.355).

Mereka (para Imam) adalah penyebab terciptanya langit dan bumi

Langit dan bumi diciptakan untuk Ali begitu juga Shiratal Mustaqim, pintunya dan tali penghubung antara Allah dan hamba-hambanya seperti para Rasul Nabi , para Haji dan para wali.

(Al Wafi 8/224).

Para Imam Syi’ah adalah pemilik dunia

Allah telah menciptakan segala sesuatu di bumi ini dan menyerahkan pengelolaannya kepada Ali dan keluarganya. Mereka dapat menghalalkan dan mengharamkan apa saja yang mereka kehendaki, karena kehendak mereka adalah kehendak Allah (Al Kaafi /365).

Para Imam adalah pemilik dunia dan akhirat

Dunia dan akhirat itu milik imam, dia bebas memberikannya pada siapa saja.

(Al Kaafi 1/337).

Selain anak Syi’ah adalah anak haraam

Bahwasanya Allah memandangi para penziarah kuburan Husain pada sore hari Arafat sebelum melihat pada jamaah haji yang sedang wukuf. Abu Abdillah berkata: “Karena di Arafah terdapat anak haram sedangkan di kuburan Husein tidak ada anak haram di sana (karena selain Syi’ah adalah anak haram)

(Kitab Al Wafi jilid 2 - juz 8 hal 222)

Maksud anak zinah atau anak haraam bagi Syiah ini adalah kaum muslimin yang selain Syi’ah.

Bahkan dalam Al Kafi jilid 8 hal 285: Setiap orang adalah anak zinah kecuali Syiah.

Dalam tafsir Ayyasyi jilid 2 hal 218 dan Al Burhan jilid 2 hal 139: Setiap anak yang lahir di tunggui oleh iblis ,bila yang lahir itu berasal dari kelompok Syiah maka terjaga dari iblis, bila bukan dari kelompok Syiah maka syetan meletakkan jari-jarinya pada lambung belakang anak laki-laki agar kelak menjadi orang tercela dan bila kelamin perempuan agar kelak menjadi pelacur.

Ahlul Bait adalah pengabul doa

Barang siapa berdoa kepada Allah dengan perantara Ahlul Bait maka akan mendapatkan keuntungan dan sebaliknya sampai para Nabi pun terkabulkan karenanya apabila bertawasul dengan Imam Ahlul Bait.

(Biharul Anwar : 23/103)

Nabi Yunus durhaka terhadap Ali

Nabi Yunus dimakan ikan paus hanya karena dia mengingkari Imamah Ali bin Abi Tolib, setelah dia percaya maka dikeluarkan oleh Allah.

(Biharul Anwar jilid 26 hal 333).

Allah disembah karena Imam Syi’ah

Karena perantaraan Imam pohon bisa berbuah dan buah masak di pohon. Karena perantaraan merekalah sungai mengalir, karena mereka pula hujan turun dari langit dan rumput tumbuh di permukaan bumi. Jika tidak ada para imam niscaya Allah tidak akan disembah.

(Al Kafi jilid 1 hal 112)

Para Imam adalah Sholat yang diperintahkankan oleh Allah

Dalam Al Kafi diterangkan mengenai makna atau tafsir dari Ayat Al Quran dalam surat Al Muddatstsir ayat 42-43:

"Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?" Mereka menjawab: "Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat. 

Maka tafsir Syi’ah akan surat itu adalah: Kita tidak mengakui keimamahan Ali dan para Imam dari keturunannya. Kita dulu tidak menjadi pengikut para Imam.

(Al Kafi jilid 1 hal 347-360)

Tak ada yang mengumpulkan Al Quran kecuali para Imam

Alquran diturunkan terdiri dari 17 ribu ayat (Al Kafi 2/463). Al Majlisi dalam Mir’atul Uqul mengatakan bahwa riwayat ini terpercaya.

Jadi menurut Syi’ah, Al Quran yang asli, adalah berbeda dengan Al Quran yang dikenal saat ini, yang Al Quran yang digunakan kaum Muslimiin memang tidak terdiri dari 17.000 ayat.

Para imam itu lebih utama dari para Nabi Allah. Derajat mereka lebih tinggi daripada para Malaikat, Nabi, Rasul

Para Imam memiliki kedudukan mulia dan kekuasaan atas makhluk, seluruh atom di alam ini tunduk pada mereka. Posisi ini tidak dicapai oleh malaikat maupun para Nabi.

(Kitab Al Hukumah Al Islamiyah karangan Ayatullah Khomeini di halaman 52)

Allah telah mengusapkan tangan kanannya pada keluarga Ali dan memberikan cahayaNya pada mereka

Tak ada keselamatan kecuali kalian wahai keluarga ali, tidak ada tempat selain dari kalian wahai mata Allah yang melihat

(Biharul Anwar: 94/37)

Kalian adalah kesembuhan utama dan obat yang menyembuhkan bagi yang meminta kesembuhan pada kalian.

(Biharul Anwar jilid 94 hal 33)

Para Nabi bertawasul pada para imam dalam berbagai doa dan permintaan mereka

Ketika nabi Nuh hendak tenggelam, ketika Nabi Ibrahim dilempar ke api, Nabi Musa hendak menyeberangi laut, Nabi Isa akan dibunuh oleh orang Yahudi semuanya bertawasul dengan para Ahlul Bait untuk keselamatan mereka

(Biharul Anwar 26/325 Wasa’ilusyi’ah jilid 4 hal 1134).

Majlisi berkata : Allah hanya disembah, dikenal dan diesakan dengan perantaraan para Imam.

(Biharul Anwar jilid 23 hal 103)

Yang mengabulkan doa adalah Mahdi bukan Allah

Para imam berkata apabila kalian punya keinginan kepada Allah tulislah sebuah tulisan pada sesobek kertas dan letakkan pada salah satu kuburan keluarga Ali atau bungkus dan masukkan sedikit tanah yang bersih dan letakkan di sebuah sungai, sumur yang dalam atau oase padang pasir, pasti akan sampai pada Mahdi kemudian akan dia sendiri yang mengkabulkan apa yang akan menjadi kehendakmu.

(Biharul Anwar 94/29)

Berarti Majlsi dengan kata lain berpendapat bahwa yang mengabulkan doa dan permohonan manusia bukanlah Allah tapi Imam Al Mahdi ’alaihissalam.

Ali terbang di atas mega awan

Diriwayatkan oleh Hasyim Albahroni dari Ali As bahwa Ali pernah mengendarai awan terbang berputar mengelilingi tujuh bumi.

(Madinatul Maajiz 1/542)

Kelompok Yazid bin Muawiyah mendatangi Ali bin Husein, mereka menemukan Ali sedang mengendarai awan.

(Madinatul Maajiz 4/256)

Juga dari Thoba Thaba’i berkata: “Allah telah menguasakan awan pada Ali maka ia berjalan dari dunia timur ke barat.”

(Tafsir Al Mizan 13/372).

Halilintar dan kilat dibawah kehendak dan aturan Ali

Dari Abdillah bin Qoosim bin Sama’ah bin Mihron berkata waktu itu aku berada di dekat Abi Abdillah tiba-tiba langit berkilat dan berpetir, Abu Abdillah berkata petir ini tidak pernah ada kecuali atas perintah teman kalian. Saya berkata, siapa teman kita? ia berkata Amirul Mu’minin As.
(Al Ikhtishos Lil Mufid hal : 327).

Mentalkin Mayid menggunakan nama-nama para imam

Hendaknnya mayit itu di talkin dengan dua syahadat dan menyebut nama-nama imam. Setelah di letakkan di dalam kubur dan sebelum diletakkan bata di lahat dengan mengucapkan:

Wahai fulan anak fulan ingatlah janji pada waktu kamu meninggalkan dunia suatu kesaksian bahwa sesungguhnya tiada tuhan selain Allah yang maha Esa dan tidak ada yang menyekutukannya dan sesungguhnya Muhammad itu hambamu dan utusanmu dan sesungguhnya Ali adalah pimpinan orang-orang mukmin juga Hasan Husein dan menyebutkan para imam sebagai imam yang memberi petunjuk dan baik-baik.

(Anmihayah hal 38).

Para Imam adalah Asmaul Husna

Para imam adalah Asma’ul Husna (Nama Allah yang Mulia) mereka adalah lidah Allah, Wajah Allah, Mata Allah, Pinggang Allah, merekalah tangan Allah yang serba bisa.

(Al Kafi jilid 1 hal 113)

Yang mengenal Imam berarti beriman

Barang siapa mengenal para imam berarti beriman dan barang siapa mengingkari maka kafir.

(Al Kafi 1/144).

Ali menentukan siapa yang masuk Neraka dan Surga

Sesungguhnya sayalah (Ali) yang ditugasi membagi masuknya orang ke surga dan neraka.

(Al Kafi : 1/ 153).

Dunia dan Akhirat adalah milik para Imam

Dunia dan akhirat adalah milik Imam, terserah, mau diberikan sama siapa saja itu terserah pada para Imam.

(Al Kafi 1/337)

Mereka yang menguasai kunci kekayaan yang ada di bumi, kapan saja boleh mengeluarkan emas-emas yang ada di dalam tanah itu.

(Al Kaafi 1/394)

Thowaf pada kuburan Nabi dan Imam

Diperbolehkan Thowaf pada kubur Nabi dan kubur para Imam.

(Al Kafi jilid 1 hal 287)

Para Imam mengetahui rasa langit dan bumi

Para imam mengetahui apa yang ada dilangit, bumi, surga, neraka , mereka mengetahui apa yang telah terjadi dan semua yang terjadi kemudian ciptaan Allah dan yang akan diciptakan..

(Al Kafi jilid 1 hal. 204)

Para Imam mengetahui ucapan makhluk

Mereka mengetahui seluruh ucapan-ucapan manusia, burung, binatang dan segala yang bernyawa Barang siapa tidak bersifat demikian maka dia bukan Imam.

(Al Kaafi 1/225).

Para Imam mendapatkan wahyu

Para imam mendapatkan wahyu yang seperti diceritakan oleh Abi Jafar ia berkata : “Allah tidak akan menurunkan ilmu kecuali kepada keluarga Nabi dengan perantara Jibril as”

(Al Kaafi 1/330).

Pengetahuan Imam sempurna

Pengetahuan mereka telah sempurna sejak mereka dilahirkan. Riwayat dari Ya’kub Assiroj suatu ketika ia masuk ke rumah Abi Abdillah as ia sedang duduk didekat kepala Abi Hasan Musa saat dia masih bayi,dia berbisik-bisik dengan Abul Hasan lama sekali, aku pun diam hingga mereka berdua selesai berbisik-bisik. Aku pun mendekatinya, lalu ia berkata padaku “mendekatlah pada tuanmu berikan salam padanya “ maka aku mendekat dan memberi salam ia (anak) menjawab dengan fasih kemudian ia berkata padaku, pulang dan gantilah nama anak perempuanmu yang kamu namai kemarin, nama itu benci oleh Allah. Kemarin aku meberi nama anakku dengan Humaira’

(Al Kaafi 1/247).

Bagaimana seorang anak kecil dalam gendongan dapat mengerti nama-nama yang dibenci Allah, termasuk Humaira’? Dia tidak mungkin tahu jika tidak mendapat wahyu dari Allah. Inilah kekafiran dan kemurtadan. Karena oarng yang yakin bahwa ada yang mendapat Wahyu setelah Nabi adalah kafir.

Ingatlah perang Riddah, Abubakar Assiddiq memerangi Musailamah Al Kazzab karena dia mengaku mendapat wahyu. Ali ikut dalam peperangan itu bahkan mendapat bagian seorang budak dari rampasan perang, yang akhirnya melahirkan anaknya yang bernama Muhammad ibnu Hanafiyah.

Para Imam diajarkan hal-hal yang ghoib dari Allah

Sementara para imam mengetahui seluruh perkara ghoib, tapi menurut mereka Allah tidak meiliki ilmu secara mutlak, tapi Syi’ah berpendapat bahwa Allah bisa saja mengetahui hal baru yang tidak diketahui sebelumnya. Setelah Musa Al Kazim wafat, Allah emngetahui hal baru yang tidak diketahui oleh Allah sebelumnya Allah tidka pernah disembah dan diagungkan seperti ketika dikatakan bahwa Allah memiliki sifat kebodohan seperti ini

(Al Kaafi jilid 1 hal 113).

Karena jika Ilmu Allah itu mutlak maka Dia Maha mengetahui segala sesuatu, baik yang telah terjadi maupun yang akan terjadi kemudian. Dalam Al Kafi jilid 1 hal 263 dikatakan: Allah mengetahui sesuatu yang baru tentang Abu Ja’far yang sebelumnya(Allah) tidak tahu.

Ini berarti Allah bukan Maha Tahu, menurut Syi’ah, karena jika Allah Maha Tahu, pasti mengetahui segala sesuatu, tidak ada yang baru saja diketahui oleh Allah.

Seorang Imam mengetahui penggantinya

Seorang Imam tidak akan wafat sebelum mengetahui siapa penggantinya.

(Al Kafi jilid 1 hal 218).

Para Imam mengetahui seluruh yang telah terjadi dan yang belum terjadi, tidak ada yang tersembunyi bagi mereka. Inilah perbedaan antara Imam dan Nabi,para Nabi mengetahui kejadian yang lampau dengan wahyu Allah dan tidak mengetahui masa depan kecuali yang diwahyukan dari Allah saja. Para imam mengetahui kapan mereka mati, merka tidak mati kecuali atas kehendak mereka sendiri.

Mu’jizat kekuatan Ali

Aljzairi meriwayatkan dari Albarosi berkata dan sesungguhnya Jibril telah datang kepada Rasulullah dan berkata wahai Rasul tatkala Ali hendak memukulkan pedangnya pada suatu tempat yang luas Allah menyuruh Israfil Mikail untuk menahan lengannya di angkasa agar tidak memukulkan dengan sekuat tenaganya dan membagi kekuatan menjadi dua arah. Satu arah dikenakan pada besi dan yang satu pada tanah. Kemudian Allah menyuruh Jibril agar segera masuk ke bumi untuk menahan agar pedangnya tidak sampai ke dasar bumi agar jangan sampai bumi terbalik karenanya. Aku pun menahannya. Pedang itu lebih berat bagi sayapku dari kota kaum Lut, yang terdiri dari 7 kota. Semuanya kucabut dari bumi ke 7 dan kuangkat hanya dengan 1 bulu dari sayapku, aku tunggu perintah Allah hingga waktu sahur untuk membaliknya, aku tidak merasakan berat seperti berat pukulan pedang Ali bin Abi Tolib.

Pada saat yang sama ada suatu peristiwa ketika benteng pertahanan dapat dijebol dan para wanitanya di tahan. Diantara wanita itu ada yang namanya Shafiyah, dia adalah anak penguasa benteng tersebut, datang dengan luka di wajahnya. Nabi bertanya kepadanya . Ia berkata pada waktu Ali datang ke benteng dan kesusahan untuk menembusnya, maka Ali naik ke menara benteng dan menggoyangkannya. Maka tergoyanglah semua benteng dan jatuhlah semua yang ada, saat itu saya berada di atas tempat tidurku, lalu aku jatuh oleh goncangan itu dan tertimpa tempat tidurku.

Nabi berkata: “Wahai Shafiyah waktu Ali marah dan menggoncang benteng Allah marah karena marahnya Ali lalu Allah menggoncangkan langit dan bumi ”. dan malaikat ketakutan jatuh tersungkur. Inilah keberanian ilahi. Saat akan membuka pintu benteng Khoibar, pada malam hari sebelumnya 40 orang saling bantu membantu untuk menutup pintu benteng, saat Ali masuk ke benteng, perisainya jatuh karena tak kuat menahan sabetan pedang. Lalu Ali mencabut pintu dan menjadikan pintu benteng itu menjadi perisainya hingga Allah memberikan kemenangan

(Al Anwar Anu’maniyah, karangan Ni’matillah Aljazaairi).

Ali membelah Sungai Eufrat dengan menggunakan batang kayu

Ketika Ali kembali dari Perang Shifin, ia berbicara dengan sungai Eufrat, maka berguncanglah Eufrat dan terdengar suaranya mengucapkan dua Kalimah Syahadat dan pengakuan bahwa Ali adalah khalifah. Riwayat lain menyebutkan, Ali melibaskan kayu ke Sungai Eufrat. Memancarlah air dan ikan-ikan sama memberi salam dan mengakui bahwa bahwa Ali adalah hujjah.

(Zainuddin, Kitab Shiraathal Mustaqim 1/20)

Perebutan posisi imam di antara mereka yang ma’shum terbebas dari dosa

Syiah Rafidhah dalam menetapkan Imam mereka menggunakan cara-cara sulap, magic dan berbagai kebohongan-kebohongan. Jika memang telah ada nas atau ketetapan penunjukan mereka, maka mustahil para imam itu membuktikan status keimamannya dengan sihir, sulap dan debus, dan sebagainya.

Al Imam Zainul Abidin

Seorang wanita Syiah berkata pada Ali bin Husein “Saya menemui Ali bin Husein. Umur saya sudah sangat tua + 113 tahun. Badan saya pun telah gemetaran. Saat itu saya lihat ia baru sholat dan sibuk dalam beribadahnya. Aku mersa putus asa, tidak akan dapat menemuinya. Tiba-tiba ia menunjuk saya dengan jari telunjuknya, dan tiba-tiba aku kembali muda.

(Al Kaafi: 1 / 347)

Al Imam Husein

Orang Syiah bercerita bahwa ”Tatkala Husein dibunuh, Muhammad Ibnul Hanifah diutus untuk menemui Ali Ibnul Husein. Ia berkata padanya: Ayah telah dibunuh. Sholatkanlah ayahmu. Saya ini pamanmu dan wakil ayahmu, aku dilahirkan lebih dulu, lebih tua, maka aku lebih berhak menasehatimu. Maka janganalah kamu membantahku dan mempermasalahkan imamah, wasiat dan lain-lain.

Ali bin Husein menjawab : mari kita selesaikan masalah ini di dekat Hajar Aswad, kita tanyai dia dan kita jadikan hajar aswad sebagi penengah di antara kita. Pergilah mereka berdua ke tampat Hajar Aswad di ka’bah. Sesampai di sana Ali menyuruh Muhammad agar segera dan berdoa agar Allah berkenan menjadikan Hajar Aswad dapat berbicara, lalu tanyailah hajar aswad itu. Maka Muhammad segera memohon pada Allah dengan sungguh2 dan penuh kekhusyu’an. Tapi Hajar Aswad tetap diam seribu bahasa. Kemudian Ali berdoa, dan tiba-tiba bergerak dan hampir jatuh dari teampatnya, dan Hajar Aswad berbicara dengan bahasa Arab fasih :”Ya Allah sesungguhnya wasiat dan Imamah itu Pada Ali Ibnul Husain”

(Al Kaafi 1/348).

Imam Musa bin Ja'far

Diceritakan dari Musa bin Ja’far, saat terjadi perebutan dengan saudaranya yang lebih tua yang bernama Abdullah(anak Imam Ja’far yang tertua)dalam masalah Imamah. Musa menyuruh mengumpulkan kayu bakar di tengah rumahnya lalu ia menyuruh Abdullah datang ke rumah. Sampai di rumah ternyata dalam rumah Musa sedang duduk bersama beberapa orang Imamiyah(bermazhab syi’ah). Setelah Musa duduk di dalam rumah, dia menyuruh seseorang untuk melemparkan Api ke arah kayu. Maka terbakarlah kayu tersebut. Sebentar kemudian kayu menjadi bara. Kemudian Musa duduk diatas bara, dan memulai berbicara sesaat dengan para orang-orang. Kemudian berdiri dan mengibas-ngibaskan pakaianya dan kembali pada majelis dan berkata pada saudaranya Abdullah. Bila mengira bahwa engkau yang berhak yang menjadi Imam setelah ayahmu. Maka duduklah ditempat itu. (diatas api).

(Kasyful ghummah karangan Arbali jilid 3 hal 73).

Kulaini mengisahkan cerita yang lain untuk membuktikan bahwa Musa bin Ja’far lebih berhak daripada saudara-saudaranya yang lebih tua untuk menjadi imam, pada suatu ketika ada seseorang datang ke Musa bin jafar dan bertanya tentang Imam, siapakah sebenarnya yang menjadi imam? Musa ia berkata : bila aku memberi tamu apakah kau akan menerima? Ia berkata : Ya saya menerima. Musa ia berkata : dia adalah aku. Ia berkata : adakah sesuatu yang dapat membuktikan bahwa anda adalah Imam? Musa ia berkata : pergilah ke pohon itu, katakan kepadanya, bahwa musa menyuruhnya agar pohon itu datang menghadap Musa. Ia berkata: “Saya mendatanginya dan menyaksikannya benar-benar telah berjalan pelan2 sampai ke hadapan Musa. Lalu Musa menyuruh pohon itu kembali.”

(Ushulul Kafi 1/253).

Al Imam Muhamad bin Ali Aridho.

Syiah Rhofidhul menetapkan Muhamad bin Ali Aridho sebagai Imamnya. Suatu hari ada seseorang yang datang ingin menanyakan suatu perkara namun orang tersebut malu mengutarakannya. Muhamad bin Ali berkata saya akan memberitahukanmu tentang yang akan kau tanyakan, pasti kamu ingin bertanya tentang imam? Ya. Demi Allah; Imam berkata : Imam itu adalah saya. Aku berkata : “apakah anda memiliki bukti? Di tangan Imam ada sebuah tongkat lalu tiba-tiba tongkat itu berbicara : “Sesungguhnya Tuanku ini adalah Imam dan hujjah di zaman sekarang ini.”

Ushulul Al Kafi (1/353).

Demikian, kaum syi’ah telah membantah kaedah mereka sendiri, bahwa Imam selalu ditunjuk oleh nas dan ditunjuk oleh imam sebelumnya. Tapi di sini para imam itu membuktikan bahwa diri mereka adalah imam yang sebenarnya dengan sulap.

[1] Ini menyalahi fitrah manusia, kecuali memang mereka bukan manusia.


Diperbolehkan meminta pada selain Allah pada saat saat genting.

Kita dilarang mengatakan bahwa Allah memiliki tangan, memiliki wajah, tapi boleh saja mengatakan bawha Ali bin Abi Tolib adalah wajah Allah (dengan sebutan atau julukan Ali “Karamallahu wajhahu”).

Dari Abi Abdilah ia berkata: “Lalu diperlihatkan api neraka pada mereka, lalu berkata, “masuklah kalian ke neraka dengan izinku!”. Orang pertama yang masuk neraka adalah Muhammad SAW, kemudian di ikuti oleh para Ulul Azmi, para pewaris dan pengikutnya, lalu dia berkata pada manusia golongan kiri (Ashabusyimal) masuklah ke neraka dengan ijin saya, mereka menjawab ya Tuhan apakah kau ciptakan kami untuk dibakar, ia berkata kepada Ashhabul Yamin keluarlah kalian dari neraka atas ijinku. Api Neraka tidak sedikitpun melukai mereka.

(Al Kaafi 2/9).

Para sahabat sama merubah Al Quran dan melakukan konspirasi.

Hafshah (anak Kholifah Umar bin Khatthab rodhiyolllohu ‘anhu) dan ‘Aisyah (istri Rosululloh shollollohu ‘alaihi wasallam) telah meracuni Rasulullah dan mengumpulkan uang lalu membagi-bagikan pada orang-orang yang membenci Ali. Penduduk Makah dengan terang-terangan menentang Allah. Penduduk Madinah lebih jelek dari penduduk Makah 70 kali

(Al Kaafi 2/301).

Dikatakan juga bahwa bangsa Romawi itu lebih baik dari bangsa Syam karena orang Romawi kafir namun tidak memusuhi Ahlulbait sedang orang Syam kafir dan memusuhi kita

(Al Kaafi 2/301).

Penghuni Bunker yang dimuliakan Allah

Imam Mahdi (versi Syi'ah) yang bersembunyi dalam Sirdab seharusnya disebut “imam dalam pengasingan” seperti pemerintahan dalam pengasingan, yang memerintah sebuah negeri dari luar negeri tersebut.

Penafsiran yang menyesatkan

Dari Jabir dari Abi Abdillah as tentang penafsiran firman Allah tentang Bahrain; adalah dua laut, maka yang dimaksud adalah Ali dan Fatimah. Ali tidak mendholimi Fatimah dan sebaliknya.

Yang menyebabkan timbulnya penyakit kusta

Dari Abi Abdillah berkata. Amiril Mukminin: “Berkata janganlah kalian terlentang di pemandian karena akan menyebabkan melelehnya lemak lambung, dan janganlah menggosok-gosok kedua kaki dengan tembikar (keramik) karena akan menyebabkan kusta”.

(Al Kafi 6/500)

Kekenyangan menyebabkan kusta

Dari Abi Abdillah berkata : “Makan kekenyangan akan menyebabkan sakit kusta”.

(Al Kafi 6-269)

Mandi menggunakan gayung tembikar dari mesir akan menyebabkan kamu menjadi kehilangan sifat cemburu

Dari Abi Al Hasan Arridho berkata, “Saya mendengarnya berkata dan menyebutkan mesin di berkata dan berkatalah Nabi saw. Janganlah kalian makan menggunakan tembikar mesir dan janganlah membasuh/mandi dengannya karena menyebabkan hilangnya sifat cemburu”.

(Al Kafi 6-386)

Membiasakan berada di kamar mandi menyebabkan TBC

Dari Abil Hasan Arridho berkata : “Jagalah dirimu dari membiasakan berada di kamar mandi karena itu akan menyebabkan TBC”.

(Al Kafi 6/497)

Bersikatan di pemandian akan menyebabkan sakit gigi

Bersikatan di pemandian itu dibenci akan menyebabkan sakit gigi.

(Man laa yahdhuruhul Al Faqih 1/53).

Makan wortel dapat menghangatkan ginjal dan menegangkan zakar

Demikian diceritakan oleh Alkulaini dari Abi Abdillah bahwa tersebut diatas dapat menghangatkan lambung, menambah stamina dalam bersetubuh.

(Al Kafi 6/372).

Minum air di malam hari menyebabkan merahnya air kencing

Dari Abi Abdillah berkata : “Minum air dimalam hari sambil berdiri menyebabkan kencing menjadi merah. Sedang berbicara pada waktu bersetubuh akan menyebabkan kebisuan”.

(Al Kafi 5/498)

Melihat kelamin wanita menyebabkan kebutaan

Makruh melihat kemaluan wanita dan menyebabkan kebutaan

(Al Aqil 3/556).

            Maka kiranya dokter kandungan Syi’ah tidak akan dapat melaksanakan tugasnya.

“Romadhon” salah satu nama Allah

Sesungguhnya Romadhon termasuk nama Allah

(Al Kafi 4/69)

“Aduh” termasuk nama Allah

Dari Abdillah berkata : “Aduh termasuk salah satu nama Allah. Barang siapa mengucap aduh berarti telah memohon pertolongan-Nya“.

(Biharul Anwar 8/202)

Nama-nama Malaikat yang aneh

a. Fitrus, malaikat ini bermaksiat, dalam kisah panajng lebar yang penuh kebohongan, akhirnya setelah mengunjungi kuburan Husain dan berguling-guling di tanahnya terkabullah tobatnya.
b. Shairshail, diatas kedua pundaknya tertulis kalimat perjodohan cahaya dan cahaya yaitu Ali dan Fatimah.
c. Malaikat satu lagi bernama Khirqa’il memiliki 18 000 sayap, antara sayap satu dengan yang lainnya berjarak 500 tahun (Al Burhan juz 2 hal 327).
d. Kitab Al Kafi menerangan satu lagi malaikat yang bernama Mansur, dia masih selalu menziarahi kuburan Husein.  (Al Kafi jilid 4 hal 583)

Imam Mahdi akan keluar dalam keadaan telanjang

Diriwayatkan dari Athausy wan Nu’mani dari Imam Ridho : di antara tanda-tanda keluarnya Imam Mahdi adalah ia tampak telanjang di poros matahari.

(Haqqul Yaqin hal 347).

Dilarang menyembelih pejantan yang sedang kawin.

Kalini berkata : “Rasulullah melarang menyembelih yang sedang naik syahwatnya”.

(Al Kafi jilid 6 hal 261)

Maka syarat menyembelih hewan ditambah satu menurut Syi’ah yakni bahwa si hewan itu tidak sedang naik syahwatnya.

Hati-hati memakai sandal berwarna hitam

Ibnu Babawaih meriwayatkan dari Abi Abdillah sesungguhnya ia telah melihat seorang laki-laki memakai sandal berwarna hitam. Ia berkata jangan pakai sandal berwarna hitam sebab itu menyebabkan lemahnya pandangan mata, menjadikan zakar lembek dan menyebabkan timbulnya kesedihan. Sebaliknya pakailah sandal yang berwarna kuning karena itu akan menyebabkan tajamnya mata, menegangkan zakar dan menghilangkan kesedihan.

(Kitabul Hishal juz 1 hal 99).

Bagaimana bisa tahu bahwa semangka itu pro terhadap Ahlul bait atau benci terhadap Ahlul bait.

Dari Hamzah bin Muhammad Al Alawi dari Ahmad bin Muhammad Alhamdani dari Mundzir bin Muhammad dari Husain bin Muhammad dari Sulaiman bin Ja’far dari ayahnya dari ayahnya dari ayahnya dan ayah kakeknya berkata bahwa: Amirul mukminin mengambil sebuah semangka dan memakannya; namun rasanya pahit maka lantas melemparkan sambil berkata hancurlah dan menjauhlah. Amirul mukminin ditanya ada apa dengan semangka?

Dia mejawab Rosul bersabda bahwa Allah telah mengambil perjanjian untuk mencintai Ahlul bait dari setiap hewan dan tumbuh-tumbuhan. Buah mana saja yang menerima perjanjian dan melaksanakannya maka akan terasa manis, dan yang menolak akan terasa pahit. Dengan ini kita dapat mengenal mazhab setiap buah.

Seekor burung yang keluar dari lobang hidung

Dari Abi Abdillah berkata: Barangsiapa bersin meletakkan tangan di belakang hidungnya kemudian berkata “Segala puji bagi Allah Robbul Alaimin, Segala Puji Bagi Allah, aku memujinya dengan pujian yang banyak, yang layak bagi Allah yang Maha Terpuji, Sholawat dan salam pada Nabi yang Ummi beserta keluarganya, maka keluarlah seekor burung kecil sebesar lalat dari lubang hidung kiri dan terbang ke Arsy memintakan ampun pada orang tersebut sampai hari Kiamat.”

(Al Kaafi : 2/481).

Allah menyuruh dua Setan menjaga orang yang membaca ayat Kursi

Dari Abi Abdillah berkata : barang siapa menjelang tidur membaca tiga kali ayat kursi dan ayat yang ada di Ali Imran,(Allah bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak disembah kecuali Dia, begitu juga malaikat, dan ahli ilmu… ayat 18) ,ayat Sukhroh dan ayat Sajdah makan Allah menyuruh dua syetan untuk mengamankannya dari godaan-godaan para syaitan-syaitan jahat.

(Al Kaafi 2/392).

Qisah Ufair keledai Rosulullah

Amirul mukminin berkata, “binatang yang pertama mati setelah Nabi wafat adalah Ufair keledai Rosulullah, mati sesaat setelah Rosulullah wafat ia memotong tali pengikatnya kemudian lari sampai dekat sumur Bani Khuthomah di Quba’ dan menceburkan dirinya ke dalam sumur yang sekaligus menjadi kuburannya. Keledai itu mengatakan pada Nabi : Ayahku menceritakan kepadaku, dari ayahnya, dari kakeknya, dari ayahnya Bahwa dia bersama Nabi Nuh di kapal. Lalu Nuh berdiri menghampiri keledai itu serta mengusap punggungnya lalu mengatakan akan lahir dari perut keledai ini, seekor khimar yang akan menjadi kendaraan Rosul akhir zaman. Ufair berkata : segala puji bagi Allah yang telah menjadikanku keledai itu

(Al Kaafi 1/184).

Hasan berbicara dengan 70 juta bahasa

Dari Abi Abdillah, sesungguhnya Al hasan berkata, Allah punya dua kota satu di timur satunya di barat. Kota-kota itu memiliki 70 juta. Satu sama lain berbicara dengan bahasa yang tidak sama dan Saya memahami semua bahasa itu (Al Kaafi 1/384-385).[1]


Sebagian orang (Syi'ah) berteriak-teriak keheranan karena Abu Hurairah rodhiollohu 'anhu, sahabat yang amat-sering mengikuti Rosululloh shollollohu ‘alaihi wasallam, mampu meriwayatkan dari Nabi - shollollohu ‘alaihi wasallam - sekitar 6.000 riwayat Hadist.

Tetapi mereka diam saja dan percaya bahwa Hasan dapat berbicara dengan 70 juta bahasa.


Makan tanah/Debu kuburan Husein dapat menyembuhkan segala macam penyakit

Dari Abil Hasan ia berkata, “Setiap tanah itu haram seperti bangkai, darah, daging babi, kecuali tanah kuburan Al Husein karena tanah itu dapat menyembuhkan segala penyakit, dapat memberikan rasa aman rasa yang menakutkan, asal jangan banyak-banyak”

(Al Kaafi : 3/378).

Dalam kitab Mafatihul Jinan disebutkan, pendapat yang terkenal menyebutkan bahwa dilarang secara mutlak memakan tanah dan pasir kecuali tanah pekuburan Husein yang suci dalam rangka berobat mencari kesembuhan dengan memakannya, itu pun tidak lebih dari sebesar kacang. Yang lebih hati-hati, adalah tidak memakan tanah tersebut lebih besar dari biji Adas. Lebih baik lagi, memakannya dengan meletakkan tanah itu dalam mulutnya lalu minum seteguk air dan berdo’a : Ya Allah jadikanlah tanah ini membuat saya mendapat rizki yang luas, Ilmu yang beranfaat dan kesembuhan dari segala penyakit.

(Kitab Mafatihul Jinan 547)

Memakan tanah dapat menyebabkan kemunafikan (rupanya inilah sebab munculnya taqiyah).

Dari Abi Abdillah berkata, “Memakan tanah dapat menimbulkan kemunafikan”

(Al Kafi jilid 2 hal 265)

Dari Abu Ja’far berkata, “Perangkap setan yang terbesar adalah makan tanah, yang dapat menyebabkan penyakit dan membangkitkan penyakit yang tersembunyi. Barang siapa memakan tanah lalu menjadi lebih lemah dari sebelum makan tanah, dan lemah tidak dapat beramal seperti sebelum dia makan tanah, akan dihisab antara periode kuat dan lemahnya dan akan diazab dengannya.”

(Al kafi jilid 6 hal 266)

Obat penyakit mata

Bertawassul pada Allah dengan Imam Musa Al Kazim dapat menyembuhkan penyakit mata.

(Al Baqiyat Assolihat hal 745, edisi gabungan dengan kitab mafatihul Jinan)

Nama-nama hari adalah nama-nama Rosul dan Ahlul bait

Sabtu adalah Nama Rosulullah SAW dan Ahad adalah nama Ali Amirul Mukminin, dan Al Isnain Hasan Husein dan Thulathaa Ali bin Husein Muhammad bin Ali Ja’far bin Muhammad as. Arbia nama Musa bin Ja’far Ali bin Musa Muhammad bin Ali dan Saya. Khomis nama kedua anak Husein, Jumat adalah nama cucuku dan pada hari itu orang pembawa kebenaran akan berkumpul.

(Mafatihul Jinan 86)

Tapi mereka menerangkan bahwa nama Al Ahad adalah salah satu nama Allah.

(Wasailu Syiah 1/350).

Siapa Makan keju setiap awal bulan dikabulkan apa yang menjadi keinginannya

Barangsiapa membiasakan makan keju di awal bulan hampir tidak pernah ditolak apa yang diinginkannya

(Mafaatihul Jinan 366).

Obat lupa

Hendaklah membiasakan makan kismis sebelum memakan apa pun di pagi hari, dan menjauhi makanan yang menyebabkan lupa yaitu makan apel yang kecut, kabzarah hijau, keju, kencing di air yang tenang, berjalan diantara dua wanita, menjatuhkan kutu hidup, melihat orang yang disalib, berjalan antara kereta dan unta.

(Mafaatihul Jinan 802).

Al Kulaini berkata, “Makan apel dan ketumbar menjadikan lupa.”

(Al Kaafi 6 / 366).

Makan delima termasuk amalan yang dianjurkan di Hari Jumat

Hendaklah makan Delima seperti halnya dilakukan As Shodiq setiap malam Jum’at dan sebaiknya dimakan menjelang tidur, sebab barangsiapa memakannya menjelang tidur dirumah aman sampai pagi hari. Barng siapa memakan buahdelima hendaknya menaruh sapu tangan di bawahnya agar bijinya tidak jatuh ke mana-mana, mengumpulkan biji dan memakannya, juga pada saat menyantap delima jangan sampai mengajak orang lain

(Mafaatihul Jinan 60)

Termasuk amalan hari jum’at makan Delima di pagi hari sebelum makan sesuatu dan tujuh daun Andewi sebelum matahari condong. Dan barangsiapa makan Delima pada malam hari maka hatinya terang selama 40 hari. Bila makan dua buah deima maka hatinya akan terang selama 80 hari, barang siapa memakan 3 buah maka hatinya akan menjadi terang selama 120 hari dan aman dari godaan Syetan. Barang siapa tidak digoda setan maka dia tidakakan bermaksiat, barang siapa tidak bermaksiat maka Allah akan memasukkannya ke dalam Sorga

(Mafaatihul Jinan 63)

Yang dapat menambah rizki

Di antara yang dapat menambah penghasilan/rizki adalah mencukur kumis, memotong kuku. Hal itu juga menyebabkan aman dari gila, kusta dan lepra.

(Mafaatihul Jinan 63 – 64)

Mungkin para Ahli Medis dari kalangan Syi’ah dapat memulai penelitian tentang ini, karena dari kalangan lain, belum pernah ada peneiltian tentang ini.

Imam Al Hasan dapat berbicara dengan semua bahasa

Dari Abi Hamzah Nashir Al Khodim berkata, “Berkali-kali saya mendengar Abu Muhammad berbicara dengan anak laki-lakinya dengan bahasa-bahasa mereka ada Turki, Rum, Slavia.” Ali berkata, “Sesungguhnya Allah telah memberikan imam berbagai macam bahasa dan pengetahuan tentang nasab dan peristiwa-peristiwa.”

(Al Kaafi 1 / 426)

Al Husain menyusu dari jari-jari dan lidah Nabi

Dari Abi Abdillah ia berkata: bahwa Husain tidak pernah menyusu dari Fatimah ibunya dan dari wanita-wanita lain, melainkan dibawa kepada Nabi lalu beliau meletakkan ibu jarinya di mulut Husain. Maka keluarlah susu dari jari Nabi. Husain mengisap sampai cukup untuk dua/tiga hari.

(Al Kaafi 1 / 386).

Mereka orang-orang Syi’ah tidak percaya bahwa Abu Hurairah telah meriwayatkan Hadist dari Nabi sebanyak 6000 hadits, adapun Al hasan mampu berbicara 70 juta bahasa, sementara kita tahu bahwa jumlah bahasa di dunia ini tidak sampai segitu walau harus ditambah dengan bahasa serangga, malaikat memiliki 24 wajah, Fatimah berbeda dengan wanita biasa dan tidak pernah Haidh, Nabi menyusu pada Abu Tolib, bukannya Ummu Tolib, Husein menyusu pada jari Nabi, semua ini masuk akal bagi Syiah.

Demikian, orang Syi’ah heran karena Nabi Musa menampar malaikat, serta mereka menghukumi nas nas Ahlussunah persis seperti para orientalis yang tidak berakal. Lalu bagaimana dengan Nabi yang menyusu dari Abu Tolib dan Husein yang menyusu dari jari-jari Nabi?

Orang-orang Syiah akan bertanya padamu, siapa yang berkata padamu bahwa kami percaya dan menerima seluruh riwayat yang ada di Kitab Al Kaafi padahal di dalamnya ada yang Sohih ada juga yang dho’if?

Jawabannya: Pertama hal ini bertentangan dengan apa yang dikatakan oleh para ulama Syiah bahwa isi kandungan Al Kaafi sangat mutawatir sangat pasti kebenarannya, serta merupakan kitab terbaik di antara 4 kitab utama mazhab Syi’ah.

Kami Ahlussunnah telah meneliti Sumber aqidah kami, jika sebuah riwayat benar-benar diriwayatkan dengan sanad yang bersambung sampai Nabi dan dengan perowi dipercaya maka kami terima dan kami tidak akan perduli dengan siapa saja yang tidak suka.. Adapun kalian wahai para kaum Syiah. Apa yang kalian nantikan. Kalian tulis Kitab Al Kaafi lebih 1000 tahun. Kenapa tidak kalian cek sanadnya ? Inilah hal yang nggak mungkin dapat dilakukan oleh Syiah.

Nabi menyusu pada puting pamannya, Abu Thalib

Dari Abi Abdullah berkata : ketika Nabi dilahirkan, berhari-hari Nabi tidak minum susu, maka Abu Thalib sendiri yang menyusui Nabi dengan susunya. Allah menurunkan air susu lewat Abu Thalib sampai kemudian dilanjutkan oleh Halimah Sa’diyah.

(Al Kaafi 1/373).

Nabi Danial mengancam Allah untuk melakukan perbuatan maksiat

Dari Abi Ja”far ia berkata, “Sesungguhnya Allah telah menyuruh Nabi Dawud agar menemui hambaNya Danial dan berkata padanya, ‘Wahai Danial, kamu telah melakukan kesalahan tiga kali dan Aku (Allah) telah mengampuninya bila kesalahan itu kau ulang yang keempat kalinya maka tidak Ku ampuni.’ Kemudian Danial berdoa pada Allah pada waktu sahur: Demi KeagunganMu sungguh bila engkau tidak mau menjagaku dari perbuatan dosa , maka aku pasti berbuat durhaka, berbuat durhaka, berbuat durhaka.”

(Al Kaafi 2/316).

Bagaimana mereka orang-orang Syiah itu percaya atas terlindunginya Imam dari dosa dan kesalahan padahal kita saksikan sendiri bagaimana buku induk pegangan syi’ah mencela para Nabi seperti yang kita baca barusan, yang mengisahkan keberanian Nabi Danial pada Allah dengan berkata “sungguh aku akan berbuat maksiat”.

Ayat Kursi menyembuhkan cairan kuning di perut

Seseorang berkata pada Amirul mu’minin : “Wahai Amirul Mu’minin, di perut saya ada cairan kuning, apakah penyakitku ini dapat disembuhkan? Ali menjawab : tulislah di perutmu ayat kursi, lalu siramkan air itu pada perutmu dan minumlah air itu, dan jadikan air itu sebagai jimat di perutmu, maka dengan izin Allah sakit di perutmu akan sembuh. Lalu si penanya melakukan apa yang diajarkan Amirul mu’minin dan benar-benar sembuh.

(Al Kafi jilid 2 hal 457)

Apa yang harus diucapkan sehabis tertawa terbahak-bahak

Abi Ja’far berkata, “Bila kau telah selesai tertawa terbahak-bahak berdoalah: yaa Allah janganlah kau memurkaiku.”

(Al Kaafi 2/487).

Bacaan Sholawat terhadap keluarga Nabi membuat seseorang tidak perlu lagi berdoa pada Allah

Dari Abi Abdillah berkata : bagi seseorang hamba yang punya kepentingan kepada Allah, sanjunglah Allah, baca Sholawat pada Nabi dan keluarganya sampai lupa kepentingannya, maka Allah akan memberikan tanpa harus memintanya.

(Al Kaafi 2/363)

Dua cahaya yang menikah

Dari Abi Hasan:

Suatu ketika Rosulullah SAW sedang duduk. Tiba-tiba datang malaikat dengan 24 wajah, maka lantas Rosul bertanya : wahai Jibril, aku belum pernah melihatmu seperti ini. Malaikat berkata : wahai Muhammad, Allah mengutusku untuk menjodohkan 2 cahaya. Nabi bertanya siapa 2 cahaya itu? Malaikat menjawab “Fatimah dengan Ali” berkata setelah malaikat menoleh tiba-tiba Nabi melihat di punggung Malaikat terdapat tulisan (Muhammad utusan Allah dan Ali adalah penggantinya). Rosul bertanya sejak kapan tulisan ini ada, malaikat menjawab semenjak 22 ribu tahun sebelum Allah menciptakan Adam.

(Al Kaafi 1/383).

Inilah Imamah, masalah yang maha penting hingga tertulis di punggung malaikat sejak 22 ribu tahun sebelum diciptakannya Adam, tapi sayang, tidak ada satu ayat pun dalam Al Qur’an yang dengan jelas mengatakan bahwa Ali adalah pengganti Rasulullah.

Tafsir model baru

Dalam Tafsir Al Mizan jilid 19, Nurutsaqalain jilid 5 hal 197, tafsir Al Qummi jilid 2 hal 345, ketika menerangkan makna ayat ArRahman ayat 19 “dua laut yang bertemu” yaitu Ali dan Fatimah.

Fatimah terjaga dari menstruasi

Dari Abi Hasan berkata, “Sesungguhnya putri-putri para Nabi itu tidak pernah menstruasi.”

(Al Kaafi 1/381).

Dari Abi Ja’far berkata, “Ketika Fatimah dilahirkan, Allah mengutus malaikat untuk menggerakkan lisan Muhammad agar memberi nama Fatimah, kemudian berkata saya telah menyapihmu dengan ilmu dan membebaskanmu dari datang bulan. Abu Ja’far berkata : demi Allah, Allah telah membebaskan Fatimah dari datang bulan sejak Allah mengambil perjanjian dari semua makhluk.”

(Al Kaafi 1 / 382).

Perbedaan antara siang dan malam dalam pelaksanaan had

Ali berkata saya bepergian bersama Rasulullah, tidak ada pelayan selain saya, di malam hari kami tidur bertiga di bawah satu selimut, Nabi tidur di antara saya dan Aisyiyah dalam satu selimut itu karena Nabi tidak memiliki selimut lain. Ketika hendak sholat malam, Rosul bangun dan meletakkan selimutnya sampai selimut tersebut menyentuh kasur.

(Biharul Anwar jilid 40 hal 1, jilid 38 hal 297 dan 314).

Padahal mereka telah meriwayatkan dari Abi Abdillah terhadap seorang pemuda yang tidur seselimut dengan seorang wanita, maka keduannya di jilid 100 kali.

(Al Kaafi 7/182).

Akan tetapi Allamah Majlisi membedakan antara siang dan malam dimana, bila ditemukan seorang laki-laki dan perempuan dalam satu selimut di malam hari maka tidak ada hukuman hudud. Adapun pada siang hari, maka dihukum dengan hukuman hudud.

(Biharul Anwar 76/94).


 BERSAMBUNG KE BAGIAN ENAM

TENTANG SYI'AH - BAGIAN IV

Pokok-pokok ajaran Syi’ah adalah (sejak Abad pertama Islam dan dengan segala perkembangannya):

  Imam sesudah Rosululloh  - shollollohu ‘alaihi wasallam - adalah Ali bin Abi Tholib rodhiollohu ‘anhu, bukan Abu Abakar Ash Shiddiq rodhiollohu ‘anhu.

  Keyakinan akan keutamaan bahkan sebagian darinya menyebut akan kejelma-tuhanan Kholifah ’Ali bin Abi Tholib - rodhiollohu ‘anhu -, yang dideklarasikan ‘Abdullah ibnu Saba’ dan pengikutnya (yang pengikutnya akhirnya dihukum mati oleh Kholifah Ali - rodhiollohu ‘anhu - sendiri namun ’Abdullah bin Saba’ melarikan diri) sebagai sekte paling ekstrem dari Syi’ah, yakni Ghulat atau Ghula’iyyah, dan aksi disebut-sebut sebagai cikal-bakal Syi’ah, walau berbagai sekte Syi’ah generasi berikutnya tak lagi sampai menuhankan .

  Keyakinan pengutamaan Ali - rodhiollohu ‘anhu - terhadap Abu Bakar - rodhiollohu ‘anhu - dan Umar - rodhiollohu ‘anhu - (yang  Ali - rodhiollohu ‘anhu - sendiri  memutuskan hukuman cambuk kepada kaum yang meyakininya).

  Di antara keyakinan orang Syi’ah adalah pengharaman bermuamalat dengan Ahlus Sunnah wal Jama’ah kecuali dengan bentuk taqiyyah, melaknat kaum Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang telah wafat, dan dilarang membayar zakat kepada Ahlus Sunnah wal Jama’ah (lihat ”Haqiqah as-Syi’ah Hatta la Nankhadi” karya ‘Abdullah al-Musili).    

  Keyakinan bahwa  Ali bin Abi Tholib - rodhiollohu ‘anhu - dan para Imam mengetahui rahasia ghaib masa lalu dan akan datang (di Kitab Syi’ah Al Kafi Jilid I hal 261), Imam mereka ma’shum (suci dari dosa dan tak dapat berbuat salah) bahkan dapat menentukan waktu kematian mereka (di Kitab Syi’ah ”Al Kafi” Jilid I hal 258), dapat menghidupkan orang mati (di ”Kitab ’Uyun al Mu’jizat”, hal 28), semua makhluk diciptakan untuk para Imam (Kitab ”’Ilm al-Yaqin fi Ma’rifati Ushul ad-Din”, Jilid II, hal 597).

  Para Imam yang telah wafat akan hidup kembali sebelum Hari Kiamat untuk membalas dendam kepada para perampas hak keKholifahan muslim (Kholifah Pertama Abu Bakar As Shiddiq - rodhiollohu ‘anhu -, Kholifah Kedua Umar bin Khottob - rodhiollohu ‘anhu -, dan Kholifah Ketiga Utsman bin Affan - rodhiollohu ‘anhu -). Syi’ah percaya kepada kaidah ”Ar-Raj’ah” atau kembalinya roh-roh ke jasad masing-masing (reinkarnasi a la Syi’ah) di dunia sebelum Kiamat saat Imam Mahdi ghaib mereka keluar dari persembunyiannya dan menghidupkan Ali - rodhiollohu ‘anhu - dan anak-anaknya untuk membalas dendam. Mengenai Raj’ah ini dapat dilihat di ”Firaq al-Islamiyah” halaman 207-208.

  Keyakinan untuk mencaci maki, menghujat, dan membenci (tasyayyu’) para sahabat Nabi  - shollollohu ‘alaihi wasallam - (terutama Abu Bakar Ash-Shiddiq - rodhiollohu ‘anhu -, Umar bin Khottob - rodhiollohu ‘anhu -, dan Utsman bin Affan - rodhiollohu ‘anhu -) dan keluarganya termasuk istri Rosululloh shollollohu ‘alaihi wasallam, ‘Aisyah binti Abu Bakar Ash-Shiddiq - rodhiollohu ‘anhu -.

Antara lain disebutkan di ”Dirasat Fil Ahwa’ wal Firaq wa Mauqifus Salah Minha” hal 237, oleh DR Nashir bin Abdul Karim, juga Ash-Shafy dalam Tafsir Al Quran Jilid V, hal 28, ”Ni’matullah al-Jazairy” dalam kitab Al-Anwar an-Nu-maniyah Jilid I hal 53, dan 63, lalu Zainudin al-Bayadhy di Kitab ”Ash-Shirath al-Mustaqim ila Mustahiq at-Taqdim” Jilid II hal 30, dan 129, kemudian Al-Majlisy dalam Kitab ”Bihaar al-Anwar” Jilid XXX hal 237 dan di ”Mir’ah al-”Uqul” halaman 488, serta di dalam Kitab ”Tafsir al’Iyasi” (1/21), al-Barahan (2/208), dan ”ash-Shafi” (1/242).

  Syi’ah beranggapan Tuhan dari kaum Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah berbeda dari tuhan mereka (Kitab ”Al Anwar An-Nu’maniyah”, Jilid I, hal 278 karangan Ni’matullah al-Jazairy) dan orang-orang dari golongan Rafidhah mereka (yang sekarang mendominasi Syi’ah), mengkafirkan Ahlus Sunnah Wal Jama’ah (Kitab ”Minhaj an-Najah” hal 48 karangan Al-Faidl al Kasyany)

  Syi’ah meyakini bahwa para sahabat - rodhiollohu ‘anhu - sepeninggal Rosululloh  - shollollohu ‘alaihi wasallam - menjadi murtad, kecuali Al Miqdad bin Al Aswad, Abu Dzar Al Ghifari, dan Salman Al Farisy (disebutkan di kitab Syi’ah, Ar-Raudhah minal Kafi, Juz VIII hal 245 dan Al-Ushul minal Kafi, Juz II hal 244).

  Rukun Imannya adalah:

(1) Tauhid (keesaan Allah)
(2) Al ’Adl (keadilan Allah)
(3) Nubuwwah (kenabian)
(4) Imamah (keimaman)
(5) Ma’ad (hari kebangkitan dan pembalasan) yang disebutkan di Al ’Aqaidatul Imamiyah oleh Muhammad Ridho Mudzaffar.

  Dan rukun Islamnya:

(1) Shalat
(2) Zakat
(3) Puasa
(4) Haji
(5) Wilayah (perwalian)
  • Syi’ah menggunakan senjata Taqiyyah (berbohong) dengan cara menampakkan sesuatu yang berbeda, untuk mengelabui lawannya (termasuk Ahlus Sunnah wal Jama’ah), bahkan dengan makar, tipu muslihat dan permusuhan. Sesuatu yang amat serupa dengan taktik Yahudi.
  Syi’ah percaya akan (kaidah) ”Al Bada’” yakni bahwa baru tampak bagi Allah akan keimaman Ismail (anak Ja’far Ash-Shadiq, imam ketujuh Syi’ah) setelah sebelumnya tidak. Allah dapat salah, namun Imam adalah ma’shum.

  Syi’ah membolehkan melakukan Nikah Mut’ah (nikah atau hubungan seks kontrak berjangka waktu tertentu yang  disepakati tak untuk selamanya yang pelaksanaannya sangat berbeda persyaratannya dengan pernikahan biasa, bahkan dapat telah ditentukan waktu cerainya sebelum menikah.

Antara lain disebutkan di ”Tafsir Minhajus Shodiqin”, Juz II, hal 493) yang telah diharamkan oleh Rosululloh  - shollollohu ‘alaihi wasallam - sendiri yang bahkan diriwayatkan oleh Ali bin Abi Tholib - rodhiollohu ‘anhu - sendiri selain para sahabat lain, di berbagai Hadits.

Bahkan menurut mereka Mut’ah adalah pengganti larangan minuman khamr (disebutkan di ”Ar-Raudhah min al-Kafi” halaman 151 dan ”Wasa’il asy-Syi’ah” (14/438) dan bagi yang tak pernah melakukan mut’ah, akan datang pada hari Kiamat dengan tangan dan kaki yang putus, serta bahwa yang melakukan mut’ah sebanyak empat kali maka sama derajatnya dengan derajat Rosululloh  - shollollohu ‘alaihi wasallam - (disebutkan di ”Manhaj ash-Shodiqin” halaman 356 karya Fathullah al-Kasani).

“Mut’ah itu adalah agamaku dan agama bapak-bapakku. Yang mengamalkannya, mengamalkan agama kami dan yang mengingkari nya mengingkari agama kami, bahkan ia memeluk agama selain agama kami. Dan anak dari mut’ah lebih utama dari pada anak istri yang langgeng. Dan yang mengingkari mut’ah adalah kafir murtad.” (Tafsir Manhaj Asshadiqin Fathullah Al-Kasyani hal.356)

“’Barangsiapa melakukan mut’ah sekali dimerdekakan sepertiganya dari api neraka, yang mut’ah dua kali dimerdekakan dua pertiganya dari api neraka dan yang melakukan mut’ah tiga kali dimerdeka kan dirinya dari neraka.”

Ayatullah Khomeini juga berkata: “Semua bentuk menikmati, seperti meraba dengan penuh syahwat, memeluk , dan adu paha boleh walaupun dengan bayi yang sedang menyusui”. Tahrirul Wasilah 2/216.

  Ziarah ke makam Imam Husain adalah lebih utama daripada Haji ke Baitullah (Kitab Wasail asy-Syi’ah, karangan Al-Hurr al-Amily, Jilid I, hal 371).

  Al Quran yang sesungguhnya yang ditulis oleh Ali bin Abi Tholib rodhiyallahu ’anhu menurut kaum Syi’ah akan dibawa Imam Mahdi versi Syi'ah- yang sedang bersembunyi sejak lahir ratusan tahun lalu - pada akhir jaman nanti (”Ma Ba’da azh-Zhuhur” halaman 637 yang ditulis Muhammad Shadiq ash-Shadr dan ”Yaum al-Khalash” halaman 373 serta Kitab al-Ghaibah halaman 318) dan bahwa Al Quran telah diubah (lihat ”Al Fashl fi al-Ahwa’ wa al-milal wa an-Nihal” 5/182 dinukil dari al-Jama’at al Islamiyyah oleh Salim al-Hilali halaman 246).

  Perbedaan keyakinan akan Imam Mahdi:
  • Mahdi bagi Ahlus Sunnah Al Jama’ah bernama Muhammad bin ‘Abdullah (keterangan dari Hadits Rosululloh  - shollollohu ‘alaihi wasallam - riwayat Sunan Abu Dawud dan At-Tirmidzy, dishahihkan oleh Al Albani dalam Myskat al Mashabih).
Beliau dari keturunan Hasan bin Abi Thalib, belum dilahirkan, muncul dari arah Timur, memenuhi Bumi dengan keadilan (Shahih Sunan Abu Dawud 4/82) dan kesejahteraan selama 7 atau 8 tahun, menegakkan syari’at Islam, memakmurkan Bumi (Bumi mengeluarkan tetumbuhan, langit menurunkan hujan, ada harta-benda yang banyak, banyak binatang ternak, umat semakin mulia).

Beliau memerangi Yahudi dan Nasrani dan beserta Nabi ‘Isa ’alaihis salaam akan membunuh Dajjal.
  • Sedangkan Imam Mahdi Syi’ah adalah Muhammad bin Hasan Al Asykari
Beliau dari keturunan Husain bin Ali bin Abi Tholib, yang telah dilahirkan tahun 255 Hijriyyah dan sampai sekarang masih hidup namun bersembunyi (Kitab ”Al-Ghummah” Jilid II, hal 236, oleh Al-Arbaly dan dikuatkan Syaikh mereka Abdul Hamid Al-Muhajir), muncul dari Sirdab Samira’, akan tinggal di Bumi selama 70 tahun untuk membalas dendam, menegakkan hukum keluarga Dawud (Bani Israil), akan menyeru keAllahdengan nama Ibraninya (Kitab ”Ushul Al Kafi” Jilid I, hal 398), menghancurkan semua Masjid (Kitab ”Al Gharib” hal 247 oleh Ath-Thusy).

Ia berdamai dengan Yahudi dan Nasrani, dan menghalalkan darah muslim (Kitab ”Bihar al-Anwar”Jilid 52 hal 376). 
Doktrin Mahdiyah (perihal al-mahdi) dan Raj’ah (kedatangan kembali) dihubungkan dengan status Imam Mastur (bersembuyi) yang dipercaya akan muncul kembali sebagai Mahdi yang membangun kerajaan Allah menjelang hari Kiamat kelak.

Ajaran ini bagi sebagian kalangan ditengarai memiliki akar dalam ajaran agama Zarathustra yang dianut bangsa Persia sebelum kedatangan Islam yang datang ke Persia pada masa Kholifah Umar bin Khoththob - rodhiollohu ‘anhu -.

Dari berbagai buku itu, berikut ini adalah sedikit tentang para penulis buku Syi’ah:

Al-Kulaini, Ia adalah pengarang kitab “Al Kafi”. Kitab tersebut di kalangan Syi`ah setaraf dengan kitab Shahih Bukhori Muslim di kalangan Ahlus sunnah. Di yakininya bahwa di dalam kitab itu terdapat 16199 buah hadits. Dan hadits sohih yang diriwayatkan dari Rosululloh Shallallahu Alaihi wa sallam (pengakuannya) kira-kira 6000 buah hadits. Dan kenyataannya di dalam kitab tersebut banyak terdapat hal-hal yang khurafat dan palsu.

Muhammad Baqir bin Syeikh Muhammad Taqiy “al-Majlisi”
Ia adalah pengarang kitab “Haqul yakin”, yang mengatakan bahwa Abu Bakar, Umar, Utsman, Muawwiyah, Aisyah, Hafshah, Hindun dan Ummul Hakam – rodhiollohu ‘anhum - adalah makhluk yang paling jelek di muka bumi, mereka itu adalah musuh-musuh Alloh.

Ayatulloh Khumaini (Khomeini)
Sosok yang satu ini adalah salah satu tokoh Syi`ah kontemporer, pemimpin revolusi Syi`ah di Iran di Abad XX MAsehi, yang mengendalikan roda pemerintahan. Ia mengarang buku “Kasyful Asror” dan “Pemerintahan Islam”.
Ia pernah mengatakan bahwa agama Ahlus Sunnah belum sempurna, mengkafirkan Ahlus Sunnah, menghalalkan harta dan darah Ahlus Sunnah. Ia hendak memusnahkan golongan Sunni di Iran dan tidak memberikan kesempatan apapun pada golongan ini, sehingga nantinya hanya tinggal nama dan catatan sejarah semata-mata.

Padahal dari semua ini, jelas sekali:

Imam Ali bin Abu Thalib (radhiyAllahu 'anhu) berkata: "Rasulullah memanggilku dan mengatakan kepadaku: 'Engkau sama dengan Isa, orang-orang Yahudi membencinya sampai mereka memfitnah ibunya, dan Nasrani mencintainya sampai mereka menempatkannya dalam kedudukan yang tidak semestinya."

"Berkenaan denganku, ada dua golongan yang akan hancur, yaitu mereka yang mencintaiku berlebihan dan cinta membawanya jauh dari kebenaran, dan mereka yang membenciku berlebihan dan kebencian membawanya jauh dari kebenaran. Sesungguhnya, aku bukan seorang nabi, dan tiada apapun yang diwahyukan kepadaku. Tapi aku berjalan dengan Kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya (Shallallaahu 'Alaihi Wasallam) semampu yang aku bisa. Jadi apapun yang kuminta kepadamu dalam hal mentaati Allah, itu adalah kewajibanmu untuk mematuhiku, tak peduli kau suka atau tidak."

[Musnad Ahmad & Nahjul Balagha, khutbah 127]

Kaum Syi’ah juga menciptakan Maulid Nabi.

Tentang Maulid Nabi:



Al Imam Ibnu Katsir menyebutkan, bahwa yg pertama kali mengadakan peringatan maulid Nabi adalah para raja kerajaan Fathimiyyah Al ‘Ubaidiyyah yg dinasabkan kepada ‘Ubaidullah bin Maimun Al Qaddah Al Yahudi-.

Mereka berkuasa di Mesir sejak tahun 357 H - 567 H. Para raja Fathimiyyah ini beragama jenis Syi’ah Isma’iliyyah Rafidhiyyah (Al Bidayah Wan Nihayah 11/172).

Demikian pula yg dinyatakan oleh Al Miqrizi dalam kitabnya Al Mawaa’izh Wal I’tibar 1/490. (Ash Shufiyyah karya Asy Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu halaman 43)

Adapun Asy Syaikh Ali Mahfuzh maka beliau berkata: “Di antara pakar sejarah (tarikh) ada yang menilai, bahwa yang pertama kali mengadakan peringatan maulid Nabi ialah para raja kerajaan Fathimiyyah di Kairo, pada abad IV H. Mereka menyelenggarakan ENAM jenis perayaan maulid, yaitu:

1) Maulid Nabi
2) Maulid Imam Ali Radhiyallahu ‘Anhu
3) Maulid Sayyidah Fathimah Az Zahra,
4) Maulid Al Hasan
5) Maulid Al Husain
6) Maulid raja yang sedang berkuasa.

Aneka perayaan tersebut terus berlangsung dengan berbagai modelnya, versinya, hingga akhirnya DILARANG pada masa Raja Al Afdhal bin Amirul Juyusy.

Namun kemudian dihidupkan kembali pada masa Al Hakim bin Amrullah pada tahun 524 H, setelah hampir dilupakan orang. (Al Ibda’ Fi Mazhahiril Ibtida’ hal. 126)

===+++===+++===

Kesimpulan:

Perayaan ini TIDAK PERNAH ada di masa Nabi, dan TIGA GENERASI PERTAMA TERBAIK YANG JELAS DIJAMIN ALLAH sebagai YANG TERBAIK yakni kaum Shahabah, Tabi'iin dan Tabi'ut Tabi'iin (termasuk para Ahlul Bait/keluarga Rosululloh shollollohu 'alaihi wasallam di masa-masa ini) yg tentunya mereka lebih tahu, paham, dan lebih CINTA kepada Rosululloh Shollollohu 'alaihi wasallam.

Justru kaum Syi'ah dengan segala firqoh (pecahan aliran) nya lah ternyata yg memprakarsainya. Sedangkan dari sejarahnya, 'aqidah mereka ini amat dipengaruhi kaum Yahudi (terutama melalui 'Abdullah bin Saba) dan Persia termasuk mistisme dan filsafat  Jadi, Maulid Nabi sebenarnya adalah 'sunnahnya' kaum Syi'ah yany berkali-kali mengkhianati kaum muslimiin itu hingga kini.

Tidak pula ada anjuran tercatat tentang ini Al Quran dan As Sunnah-Al Hadits.

Bahkan sebenarnya belum ada hasil penyelidikan sejarah yang pasti dan diterima semua pihak pakar, bahwa hari lahir Rosululloh shollollohu 'alaihi wasallam adalah di 12 Robi'ul Awwal. Yang jelas ada dicatat di Hadits adalah bahwa beliau - shollollohu 'alaihi wasallam - dilahirkan di hari Isnin/Senin.

Maka jelas kebiasaan ini didirikan dinasti Fathimiyyah Mesir. Di antaranya para pakar Tarikh (Sejarah) menduga bahwa ini juga untuk menandingi perayaan Natal (perayaan kelahiran Yesus) yang juga marak di sana dan bahwa di saat-saat itu mereka hendak diserang tentara Tartar-Mongolia, maka mereka mencoba menggunakan memori tentang Rosululloh shollollohu 'alaihi wasallam guna membangkitkan semangat rakyatnya.

Lalu apakah jika dengan tidak merayakan maulid nabi lantas kita berarti tidak mencintai, tidak mengingati memori tentang Rosululloh shollollohu 'alaihi wasallam?

Tidak.

Karena justru beliau dan PARA NABI (seluruh 124.000 nabi dalam Islaam) - shollollohu 'alaihi wasallam - tidak merayakan ulangtahunnya.

Dan cara paling aktual dan paling benar bagi kita dalam mengingati memori dan mencintai beliau - shollollohu 'alaihi wasallam - adalah dengan setiap saat melaksanakan semua kemauannya, petunjuknya, sunnahnya; dengan cara yang jelas diridhoi ALLAH.

Sebaik-baiknya.

Aneka tindakan yang dilakukan dalam berbagai VERSI perayaan maulid banyak pula - sayangnya - yang menyimpang, dan diada-adakan, yang bahkan tidak ada petunjuk pelaksanannya dalam Al Quran dan Al Hadits, sedangkan ini dapat dimaknai sebagai ibadah bagi mereka yang merayakannya.

Maka Rosululloh - shollollohu 'alaihi wasallam - dan Nabi manapun jelas tidak pernah tercatat merayakan 'Happy Birthday' atau 'Birthday party' nya, juga dengan cara-cara seperti yang dikenal luas kini dalam apa yang dikenal sebagai 'perayaan maulid nabi' (dengan berbagai versinya).

TIDAK JUGA ini dilakukan oleh semua Ahlul Bait (keluarganya) beliau dan para Sahabatnya, Tabi'innya, dan Tabi'ut Tabi'iinnya di masa-masa itu.

Padahal kaum mereka inilah yang DIJAMIN SEBAGAI YANG TERBAIK SEPANJANG MASA oleh ALLAH di berbagai ayat Al Quran dan As Sunnah-Al Hadits.

Merekalah yang MENGENAL, melihat langsung, diajari langsung oleh Rosululloh shollollohu 'alaihi wasallam dalam segala hal sisi kehidupannya.

Dan telah puka terbukti sebagai orang-orang yang mulia dan sukses.

Dijamin pula masuk Surga.

Kita yang hidup jauh dari masa mereka pun dijamin diderajatkan SAMA seperti mereka, JIKA sudi melaksanakan CONTOH sunnah apa-apa yang mereka telah laksanakan. Jaminan ini jelas ada di berbagai kaidah Al Quran dan As Sunnah-Al Hadits.

Bukan dengan cara yang kita buat sendiri. Sebaik apapun kita kira itu. Karena kita tidak diberikan mandat membuat suatu bentuk ibadah. ALLAH melalui para nabilah yang berhak menentukannya.

Siapalah kita ini?

Demikian kiranya.

Mari bersholawat dengan teks yang benar sesuai Hadits:

Allohumma sholli 'ala Muhammad, wa 'ala azwajihi wa dzurriyatihi. Kama sholaita 'ala Ibrahim.

Wa baarik 'ala Muhammad, wa 'ala azwajihi wa dzurriyatihi. Kama barokta 'ala Ibrahim.

Dan marilah kita memohon ampunan Allah dan memuja Allah:

Astaghfirulloh.

Wallohua'lam. Walhamdulillah. Wa laa ila ha illallah. Wa laa haula wa laa quwwata illa billah.

Laa ilaa ha illallah wahdahu laa syariikalahu, lahul mulku, wa lahul hamdu, wa huwa 'alaa kulli syai'in qodiir.



Dan diambil dari situs mengenai Syi’ah yang menggunakan berbagai rujukan dari Ahlus Sunnah wal Jama’ah dan Syi’ah sendiri serta Sejarah, yakni Situs Web yang bernama “Hakekat” dan beralamat web di  http://www.hakekat.com yang ditulis oleh Husain al Musawi yang dulu adalah tokoh Syi'ah di Iran dan kemudian menjadi Ahlus Sunnah wal Jama'ah, dengan sejumlah perapian struktur  dan komentar terhadapnya namun in syaa Allah tidak mengubah makna:


Yang 'Aneh Tapi Nyata' dari Syi'ah


Batasan aurat (versi Syi'ah)

Karaki berkata bila kamu menutup kemaluanmu maka benar-benar telah menutup aurat (Al Kaafi 6/501 Tahdzibul Ahkam 1/ 374), sedangkan pantat, yang diangap aurat adalah lobang dubur, bukan dua pantat, dan paha juga bukan termasuk aurat.

Shodiq AS berkata bahwa, “Paha tidak termasuk aurat”, bahkan Imam Syi’ah, Al Baqir As, telah mengecat auratnya dan membalut lubang kemaluannya (Jamial Maqosid Lilkaraki 2 / 94. Al Mu’tabar karangan Al Hulli 1 / 222 Muntaha Tolab 1/39, Tahrirul Ahkam1/202,semuanya karangan Al Hulli Madarikul Ahkam 3/191)

Abu Hasan Al Madhi:

“Bahwa aurat itu hanya ada dua yaitu lubang depan dan lubang belakang, lubang belakang sudah ditutup oleh pantat, apabila kamu telah menutup keduanya maka berarti telah menutup auratnya, karena selain itu bukan tempat najis, maka bukanlah aurat, seperti betis”.( Al Kaafi 6 / 51, Tahzibul Ahkam 1/374 Wasa’ilusyiah 1/365 Muntaha Tolab 4/269 Al Khilaf karangan Tusi 1/396).

Dari Abu Abdullah As berkata:

“Paha tidak termasuk aurat” (Tahdhibul Ahkam 1/ 374, Wasa’ilusyiah jilid 1 hal 365).

Kotoran para imam menyebabkan masuk surga

Kotoran dan air kencing para imam bukan sesuatu yang menjijikan dan tidak berbau busuk, bahkan keduanya bagaikan misik yang semerbak. Barang siapa yang meminum kencing,darah dan memakan kotoran mereka maka haram masuk neraka dan wajib masuk surga

(Anwarul Wilayat Liayatillah Al Akhun Mulla Zaenal Abiding Al Kalba Yakani : th 1419 halaman 440).

Maka silahkan saja para Syi’ah menikmati ini semua.

Kentut dari imam bagaikan bau misik

Abu Jafar berkata : “ciri-ciri Imam ada 10:

- Dilahirkan sudah dalam keadaan berkhitan.
- Begitu menginjakkan kaki di bumi ia mengumandangkan dua kalimat syahadat.
- Tidak pernah junub.
- Matanya tidur hatinya terbangun.
- Tidak pernah menguap
- Melihat apa yang di belakangnya seperti melihat apa yang di depannya.
- Bau kentut dan kotorannya bagaikan misik.

(Al Kaafi 1/319) Kitabul Hujjah Bab Maulidul Aimmah)

Ayatullah Khomeini memperbolehkan menyodomi istri-istri

Dalam kitab Tahrirul Wasilah hal 241- masalah ke 11. Khumaini berkata : “pendapat yang kuat dan terkenal adalah diperbolehkan menyetubuhi istrinya lewat lubang belakang walaupun hal itu sangat dibenci”.

(*) Maksud dari "lewat belakang" adalah melakukannya melalui lubang dubur/lubang pantat atau anus. Padahal Rosululloh shollollohu 'alaihi wasallam bersabda: “Terkutuklah siapa-siapa yang menyetubuhi isterinya lewat duburnya.” (HR. Ahmad, Abu Dawud dan Ibnu Majah).”


Meminjamkan istri itu untuk ditiduri orang lain itu diperbolehkan

Diriwayatkan oleh Thusi dari Muhamad bin Abi Jafar berkata dihalalkan bagi saudaranya Farji istri-istrinya ia berkata boleh-boleh saja boleh bagi temannya seperti boleh bagi suami terhadap istri sendiri.

(Kitabul Istibhsor 3/136)

Diperbolehkan menikmati bayi secara seksual

Khumaini berkata:

“Semua bentuk menikmati, seperti meraba dengan penuh syahwat, memeluk, dan adu paha boleh walaupun dengan bayi yang sedang menyusui”. Tahrirul Wasilah 2/216.

Al Khui memperbolehkan seorang laki-laki memegang-megang atau bermain dengan aurat laki-laki lain atau wanita bermain dengan alat kelamin wanita lain bila sebatas gurau dan canda sebatas tidak menimbulkan syahwat.

(Sirotunnajah fi Ajwibatil istifta’at jilid 3)

Nasehat dari kami kepada kaum beriman, terutama kaum perempuannya, berhati-hatilah bergaul dengan para pengikut Al Khui yang ternyata, ‘suka bercanda’ dengan aurat perempuan ini.

Diperbolehkan melihat sesuatu yang diharamkan dari kaca

Mereka memperbolehkan melihat kelamin banci mana yang lebih menonjol untuk kepentingan warisan, mereka berkata ia boleh melihat dengan cermin, yang dilihat adalah bayangan, bukan kemaluannya.

(Al Kaafi 7-158).

Jadi melihat kelamin atau aurat banci atau bencong, diperbolehkan Syi’ah, melalui cermin. Dan ini mungkin akan sangat menyenangkan kaum Homoseks atau Gay.

Muhammad Husein Fadhlullah memperbolehkan melihat wanita-wanita yang sedang telanjang.

Fadhlullah berkata pada kitab Anikah juz 1 hal 66:

Seandainya wanita-wanita itu telah terbiasa keluar dengan berpakaian renang maka diperbolehkan melihatnya. Sama juga halnya melihat aurat yang dibuka sendiri oleh si perempuan, seperti di nude club atau kolam renang, pantai dan sebagainya.

Aku (penulis ini adalah Husein Musawi salah satu tokoh Syi'ah yang kemudian bertobat) bertanya pada diriku sendiri : Agama apakah ini? Jika anda bertanya : Apakah boleh seorang laki-laki menyetubuhi seorang perempuan, lalu membiarkan perempuan itu pergi ke pelukan laki-laki lain hanya dengan sekedar mengucapkan beberapa kata tentang harga dan waktu atau tentang berapa kali, atau kaliamt “ aku mut’ahkan diriku kepadamu” (matta’tuka nafsi) tanpa saksi atau wali? Tanpa perlu mempersoalkan apakah perempuan itu memiliki suami ataukah dia itu pelacur? pasti akan dijawab berdasar pada sumber yang terkuat dan terpercaya: boleh, silahkan lihat kitab Al Kafi jilid 5/540.


Diperbolehkan mut’ah dan bercumbu dengan anak gadis bila sudah berumur 9 tahun –dalam riwayat lain 7 tahun- dengan syarat tidak memasukkan kemaluannya ke kemaluan anak perempuan itu karena ditakutkan menjadi aib bagi keluarganya (karena sudah tidak perawan lagi)

(Al Kafi jilid 5 hal 462)

Jadi ini dilarang, bukan karena haraam dan bukan karena tidak sesuai dengan akhlak mulia, yang ini justru tidak dikenal dalam Islam. Dan setelah membaca ini silahkan anda membayangkan masa depan akhlak dan perilaku anak perempuan yang dalam umur sekecil ini telah mendapat ‘pengalaman seks” dengan melihat alat kelamin laki-laki dan melihat gerakan-gerakan sex laki-laki, sedang laki-laki itu telah melakukan segalanya kecuali jima’ (coitus), jima’ dimakruhkan dari depan saja, berarti diperbolehkan lewat belakang(anal sex).

Apakah ada orang normal yang memperbolehkan seseorang berbuat demikian pada anak perempuannya, atau saudaranya, bahkan pada seluruh anak perempuan? Cobalah membayangkan perasaan anda, jika saja sekiranya hal itu terjadi pada anak perempuan anda?

Bagaimana dikatakan bahwa yang demikian itu adalah perkataan para Imam Ahlul Bait?

Syi’ah sekali lagi, memfitnahi Ahlul Bait.


Allah mengunjungi kuburan Husein

Diriwayatkan oleh Kulaini dan lainnya bahwa Abu Abdillah memarahi orang yang mengununginya tapi tidak mau berziarah kekuburan Ali. Dia berkat : “kalau kamu itu bukan orang Syiah aku tidak pernah akan melihatmu. Mengapa kamu tidak mau berziarah ke makam yang diziarahi oleh Allah, malaikat dan para nabi?

(Al Kafi 7/580 Tahzibul Ahkam 6/20, Wasa’ilusyi’ah 14/375 Biharul Anwar 25/361 Kamiluziyarot hal 38 kitabul Mazar hal 19).

Mendengar hal ini, salah seorang sahabat Abu Abdillah berkata demikian “Demi Allah, saya berangan-angan seandainya saya menziarahi kubur Ali dan tidak pergi melaksanakan Ibadah Haji

(Al Kafi jilid 4/583).

Barang siapa haji berulang-kali maka dikunjungi Allah

Barang siapa telah berhaji lebih 50 kali maka setiap hari Jum’at dikunjungi oleh Allah.

(Faqih man la Yahdhuruhul Faqih 2/217 Wasa’ilusyi’ah 11/127 )

Meminta pertolongan dari para Nabi dan Malaikat dalam sholat

Ucapkanlah pada akhir sujudmu, “Yaa Jibril, yaa Muhammad (diulang-ulang)!! berikan saya kecukupan, sesungguhnya kalian berdua yang memberikan kecukupan dan jagalah saya dengan ijin Allah karena kalian berdua menjaga saya.”

(Al kafi 2/406)

(*) perilaku seperti ini sayang sekali juga ada terdapat pada sekelompok orang yang mengaku Ahlus Sunnah wal Jama'ah (Sunni) juga terhadap mereka yang dianggapnya sebagai orang suci, Habib, Wali, dan lain-lain, bahkan Nabi, misalnya di kuburan mereka atau di tempat lain.

Ini bahkan diajarkan oleh oknum dari mereka yang mengaku sebagai Ahlul Bait, Wali, Syaikh, Kyai, dan sebagainya. Dan kemungkinan besar, setelah interaksi berabad-abad, maka memang ini terjadi karena dipengaruhi paham Syi'ah ini, yang paham Syi'ah ini, sebagaimana sejarahnya, juga dipengaruhi aneka akidah lain di luar Islam. Juga di wilayah Indonesia dan sekitarnya.


Berlindung kepada makhluk dan berbuat dengan nama makhluk

Riwayat Al Kulaini. Dari Abi Abdillah ia berkata, “Aku berlindung pada Rasulullah dari kejelekan dan kebaikan yang kamu ciptakan.”

(Al Kafi 2/391)

Dari Ali Ja’far ia berkata, “Bila seseorang sedang sakit maka ucapkanlah (dengan nama Allah, dengan Allah, dengan utusan Allah).”

(Al Kafi 2/412)

Imamah menurut Syiah Rafidhoh

Imamah adalah sebuah jabatan yang ditentukan dari Allah. Allah telah memilih seorang Nabi dan menentukannya, begitu juga Allah memilih seorang Imam dan mengangkatnya.

(Ashlus Syiah wa ushuluha hal. 58).

Maka menurut Syi’ah, Allah telah memilih Ali bin Abi Tholib, rodhiollohu ‘anhu.

Akan tetapi ternyata dalam sejarah, Ali rodhiollohu ‘anhu berkali-kali menolak menjadi Kholifah dan mengatakan  untuk  meinggalkan beliau dan mencari selain berlia dan bahwa cukuplah menjadi wakil/pembantunya, yang itu lebih baik daripada menjadi Imam/Khalifah, sampai akhirnya terpaksa menerima jabatan itu, setelah Kholifah Utsman bin Affan, rodhiollohu ‘anhu, dibunuh kaum Khawarij.

Lalu tentu pula menurut Syi’ah, Allah telah memilih Al Hasan rodhiollohu ‘anhu, cucu dari Rosululloh shollollohu ‘alaihi wasallam, sebagai Imama. Tetapi ternyata dalam sejarah yang sangat jelas, Al Hasan menyerahkan kepemimpinan/imamah kepada seseorang Sahabat yang dianggap sebagai musuh bebuyutan syiah, yaitu Muawiyah, rodhiollohu ‘anhu.

Dengan demikian, maka Ali dan Hasan, rodhiollohu ‘anhum, ternyata justru telah merontokkan prinsip Imamah Syiah, sejak dari pondasinya, sejak awal.

Kepercayaan memakan debu dan kerikil kuburan al Husain

Abas Alqummi berkata: “Para ulama melarang memakan debu dan tanah, kecuali yang berasal dari kuburan Husain. Sebatas untuk pengobatan bukan untuk menikmati dan ini hanya sebatas biji kecil, lalu diletakkan dimulut dan ditelan dengan air secukupnya sambil berdoa ya Allah berikan rizqi yang luas yang bermanfaat dan disembuhkan dari berbagai penyakit

(Mafatihul Jinan 547)

Kita pantas takut bahwa rizki yang luas itu ternyata berupa sakit keras, setidaknya karena batu-batuan itu merusak ginjal dan lain-lain organ tubuh normal manusia.

Khasiat debu Kuburan Husain adalah seperti Madu

Tanah pusara Husain menurut kepercayaan mereka berkhasiat menyembuhkan berbagai penyakit, dan menghilangkan rasa takut, bila diminum orang yang sakit akan menjadi sembuh, bila diletakkan bersama jenazah dalam liang lahat maka dia akan aman dari siksaan kubur, bila dibawa seseorang dan dimain-mainkan maka dia mendapatkan pahala orang yang bertasbih, karena tanah itu dapat bertasbih sendiri

(Biharul Anwar 11/118/140 Amali Tusi 1/326 Wasa’ilusyi’ah 10/415 )

Abu Abdullah berkata: “Sesungguhnya Allah telah menjadikan debu kakekku Husain suatu obat dari segala penyakit dan menghilangkan rasa takut, jika salah seorang kalian memegangnya, maka hendaknya dicium, diletakkan di matanya dan menyapu dengan debu itu seluruh badannya sambil berdoa : Yaa Allah, dengan hak tanah ini dan Hak yang tinggal di dalamnya.”

(Amali Tusi 1/326)

Seperti orang Kristen

Suatu ketika istri Amirul Mu’minin datang dan berkata sambil menangis:

“Wahai Amirul mu’minin sesungguhnya saya telah berzinah, maka bersihkanlah saya” Ali pun berkata dengan suara keras, “wahai para manusia sesungguhnya Allah telah menjanjikan para Nabi dan Nabi menjanjikanku untuk melarang orang yang terkena hukuman untuk melakukan hukum cambuk , dan barang siapa punya kesalahan seperti perempuan ini maka jangan ikut mencambuk.” Maka seluruh manusia yang berkumpul di situ pergi meninggalkan tempat selain Ali, Hasan dan Husein, lalu mereka bertiga menghukum cambuk perempuan itu. Kulaini berkata: termasuk yang ikut pergi adalah Muhammad bin Ali bin Abi Tolib.

(Al Kafi jilid 7 hal 178)

Hal ini sama kiranya seperti yang tercantum dalam Perjanjian Baru dari Alkitab di Yohanes: 88:7 Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Iapun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu."

Hamil dan melahirkan secara luar biasa

Imam Hasan Asykari berkata: “Sesungguhnya kami para penerima wasiat Imamah tidaklah dikandung didalam perut melainkan di pinggang dan tidak dilahirkan lewat rahim melainkan lewat paha sebelah kanan karena kami titisan cahaya Allah yang bersih dan tidak terkena kotoran sama sekali”.

(Kamaluddin 390, 393 Biharul Anwar jilid 51 hal 2, 13,17, 26 , Itsbatul Hudat jilid 3 hal 409,414 I’lamul Wara hal 394 Dala’ilul Imamah 264).

Betapa mirip hal ini dengan keyakinan Kristen tentang kehamilan yang suci.

Kepercayaan tentang sebuah penebusan

Umar bin Yazid berkata: “Saya berkata pada Ali Abdillah As. Tentang firman Allah Saw (Allah hendak mengampuni dosa-dosamu baik yang telah lalu maupun yang akan datang)” Surat Al Fath ayat 2.

Ia berkata: “Dia tidak berdosa dan tidak pernah berniat untuk berbuat dosa, tapi Allah membebankan dosa-dosa mereka pada Nabi, kemudian Allah mengampuninya” (Biharul Anwar 17/76).

Serupa sekali dengan kepercayaan Kristen mengenai penebusan dosa yang diajarkan Paulus, seorang Yahudi pengacau, yang sebenarnya justru berlainan dengan yang diajarkan oleh Yesus (atau yang dengan sejumlah catatan penting adalah hampir serupa dengan Nabi 'Isa 'alaihis salaam). Lihatlah:

GALATIA 3:13 Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: "Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!"

Menurut ajaran Paulus di atas, Yesus disalib untuk menebus dosa-dosa manusia. Tuhan – versi mereka – menebus dosa manusia ciptaannya dengan cara mengorbankan ‘salah satu bentuknya jelmaannya’ atau – yang mereka yakini sebagai - ‘anaknya’ yakni Yesus.

Dalam sudut-pandang Islam, ini adalah ajaran yang sangat sesat dan tak berdasar, tentu saja, dari banyak sekali dalil, karena bahkan dalam ayat dalam surat yang pendek seperti Al Quran Surat Al Ikhlas ayat 1-4 pun sungguh tak perlu Tuhan yang Perkasa yang tak sama dengan perkiraan manusia yang manapun, sampai memerlukan mempunyai anak, atau menjadi anak siapapun, apalagi sampai menebus dosa makhluk ciptaanNya sendiri.

Mengapakah manusia hina yang berdosa, namun Tuhanlah yang menebusinya? Atau bahkan ‘mengorbankan anaknya’? Kepada siapa anak itu dikorbankan oleh ‘tuhan’ itu?

Apapun juga, ajaran Paulus ini bertentangan dengan ajaran Taurat dan Yesus berikut ini:

YEHEZKIEL 18:20 Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati. Anak tidak akan turut menanggung kesalahan ayahnya dan ayah tidak akan turut menanggung kesalahan anaknya. Orang benar akan menerima berkat kebenarannya, dan kefasikan orang fasik akan tertanggung atasnya. 
MARKUS 10:14 Ketika Yesus melihat hal itu, Ia marah dan berkata kepada mereka: "Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah. (lihat juga MATIUS 19:14).

Menurut Yehezkiel, setiap orang akan menanggung akibat perbuatannya masing2. Bahkan menurut Yesus sendiri, anak-anak adalah pemilik kerajaan surga, yang berarti keadaan mereka adalah suci tanpa dosa. Bagaimana mungkin anak-anak yang suci tanpa dosa harus ditebus pula dosanya?

TENTANG SYI'AH - BAGIAN III

Dan sungguh, daripada 10 orang yang dijamin Rosululloh  - shollollohu ‘alaihi wasallam - masuk surga, maka kaum Syi’ah lebih menghargai 12 Imam mereka yang mereka anggap ma’shum (suci tak mungkin salah dan berdosa) bahkan lebih daripada hanya itu, dengan berbagai legenda tentang kehebatan, keutamaan mereka yang beredar.
Golongan ini dikenal sebagai kaum Syi’ah Itsna asy Asy’ariyah. Dan keduabelas Imam yang dianggap suci (ma’shum) dan mendapatkan mandat atau ijin memimpin dunia (dalam istilah Syi’ah adalah ”Ishmah”) oleh mereka itu adalah:


  1. Ali bin Abi Tolib Rodhiyallahu ‘Anhu, sepupu dan menantu Rosululloh shollollohu ‘alaihi wasallam yang mereka juluki dengan Al Murtadho, Khulafa Rosyidin IV, Amirul Mu’miniin, mati dibunuh oleh Abdurrahman bin Muljim si Khawarij di masjid Kufah tahun 17 Romadhon 40 H.
  2. Hasan bin Ali Radhiyallahu Anhuma yang dijuluki almujtaba.
  3. Husein bin Ali Radhiyalahu Anhuma yang dijuluki syahid.
  4. Ali Zainal Abidin bin Husein (80-122) yang dijuluki Al sajjad.
  5. Muhammad Al baqir bin Ali Zainal Abidin (meninggal th 114 H) yang dijuluki Al Baqir.
  6. Ja’far Asshodiq bin Muhammad Al Baqir (meninggal th 148 H) dijuluki Asshodiq.
  7. Musa Al Kazim bin Ja’far Asshodiq (meninggal th 183 H) dijuluki Al Kazim.
  8. Ali Arridho bin Musa AL Kazim (meninggal th 203 H)dijuluki Arrodhiy.
  9. Muhammad Al Jawwad bin Ali Arridho (195 H-226H)dijuluki Attaqiy.
  10. 10.  Ali Al Hadi bin Muhammad Al Jawad (212-254 H) dijuluki Annaqiy.
  11. 11.  Hasan Al Askari bin Al Alhadi (232-260 H) dijuluki Azzakiy.
  12. 12.  Muhammad Al Mahdiy bin Hasan Al Askari, tidak diketahui kapan dilahirkan, ada yang berpendapat bahwa dia belum mati tapi menghilang di sirdaab dan akan kembai lagi membalas dendam. Dijuluki sebagai Alhujjah (Imam Mahdi) yang ditunggu-tunggu kaum Syi’ah dan Ahlus Sunnah wal Jama’ah menjulukinya dengan sebutan “Mahdi Palsu” (*).
(*) Kaum Syi’ah pada umumnya percaya atau menyangka bahwa Imam Mahdi tersebut – yang dari garis keturunan Husain bin Ali rodhiollohu ‘anhum - telah menghilang di sebuah lobang dan akan kembali di akhir jaman untuk menuntut balas dan membunuhi musuh-musuhnya (yang dalam hal ini maka juga termasuk kaum Sunni yang tentu saja tak setuju dengan klaim ini).

Maka ini sangat berbeda dengan nubuat akan kedatangan dari Imam Mahdi Ahlus Sunnah wal Jama’ah (Sunni), yang memang belum dilahirkan, Berasal dari garis keturunan Hasan bin Ali - rodhiollohu ‘anhum – dan akan menyebarkan kedamaian, kesejahteraan, kemakmuran bersama Nabi ‘Isa Al Masih ‘alaihis salaam kelak di akhir jaman.

Perlu dicatat kiranya bahwa, ada literatur Syi’ah sendiri yang membahas mengenai sekte-sekte sempalan Syi’ah menyebutkan bahwa ada kelompok yang beriman pada 13 imam, bukannya 12 Imam.

Mereka disebut Syi’ah 13 imam, dan mendasarkan pendapatnya pada ”Kitab Al Kafi” jilid 1 hal 534 (Kitab Syi’ah) riwayat dari Imam Muhammad Al Baqir bahwa Nabi Muhammad  - shollollohu ‘alaihi wasallam - bersabda pada Ali rodhiyallahu ’anhu, “Sesungguhnya aku (Nabi Muhammad shollollohu ‘alaihi wasallam), 12 imam dari keturunanku dan kamu hai Ali adalah rahasia bumi”.

Maka dari ’sabda’ ini, selain Ali rodhiyallahu ’anhu sendiri, berarti ada 12 Imam lain, dan berarti jumlah para imam seluruhnya adalah 13, bukan 12.

Dan juga riwayat lain dari Jabir yang tercantum adalam kitab Al Kafi jilid 1 hal 532, bahwa dia berkata, dia masuk menemui Fatimah rodhiollohu ‘anha dan didepannya ada papan yang berisi nama-nama penerima wasiat (washiy, imam), dan menghitung bahwa nama2 mereka ada 12 orang, yang terakhir adalah anak Mahdi yang akan bangkit, yang artinya adalah bahwa kata-kata ”12 Imam” di sini tidaklah benar.

Oleh karena itu dalam riwayat yang juga dari Jabir disebutkan: “Kuhitung nama-nama mereka ada duabelas, yang terakhir adalah Mahdi, tiga di antara mereka bernama Muhammad dan tiga di antara mereka bernama Ali”.  

Ini semua memanglah masih menuai perdebatan, bahkan di kalangan Syi’ah sendiri.

Apapun juga, putra tertua Husain, Ali Zainal Abidin (wafat tahun 714 Masehi) dikenal sebagai Imam Keempat oleh kaum Syi’ah (sesudah Ali bin Abi Tholib yang dianggap sebagai Imam Pertama, lalu diteruskan Hasan bin Ali bin Abi Tholib, dan Husain bin Ali bin Abi Tholib), dan kepemimpinannya diteruskan oleh Muhammad al Baqir (wafat tahun 735 Masehi) sebagai Imam Kelima.

Sepeninggal Zainal Abidin, sebagian besar pengikut Syiah membaiat Muhammad al-Baqir dan sebagiannya lagi membaiat Zaid. Saudara laki-laki Muhammad al Baqir, Zaid ibnu Ali, berkecimpung dalam pergerakan politik revolusioner praktis, dan kemudian terbunuh dalam perangnya melawan Daulah KeKholifahan Bani Umayyah pada tahun 740 Masehi.

Zaid sendiri menyatakan dirinya sebagai Imam, namun ini dibantah oleh Muhammad al Baqir yang menyatakan bahwa ilmu khusus dari Rosululloh  - shollollohu ‘alaihi wasallam - hanya diwariskan kepada keturunan langsung Ali bin Abi Tholib, dan setiap Imam akan menunjuk secara khusus penggantinya.
Maka sehubungan dengan itu, Muhammad al Baqir lah yang menerimanya dan Zaid tidaklah demikian.

Walaupun demikian, gerakan revolusioner dan berani Zaid itu memanglah lebih populer di kalangan massa muslim Syi’ah, terutama di sekte Zaidiyah pengikutnya yang menginginkan perubahan nyata dan praktis, bukan retoris.
Sekte Zaidiyah karenanya tidak membedakan hak imamah antara keturunan Hasan maupun Husain rodhiyallahu ’anhum, karena keduanya sama-sama anak keturunan Fatimah dan Ali, walaupun Hasan rodhiyallahu ’anhu lebih tua. Mereka juga memperkenankan adanya kepemimpinan ganda untuk wilayah yang berbeda, sejauh memenuhi kriteria dan syarat-syarat sebagai imam.

Maka Syi’ah juga dikenal memiliki kelompok atau Madzhab yang berbeda-beda (antara lain ada madzhab Ja’fari yang dinisbatkan kepada ajaran Ja’far ash Shadiq), namun pembedaan seperti di atas, lalu keimaman Syi’ah dan simbol ketuhanan yang dijabat oleh pemimpin spiritual dan qadi yang sempurna (termasuk dalam pengambilan keputusan dan hukum), keyakinan Syi’ah akan keberadaan sesuatu yang suci yang hanya dapat dilihat dengan tafakur (lebih kurang serupa dengan meditasi), juga pemahaman filsafat serta spiritualitas yang cukup rumit yang menggunakan matematika dan ilmu pengetahuan sebagai sarana kebangkitan tanpa batas; kiranya dapat dipakai sebagai pegangan umum dalam memahami Syi’ah.

Dalam aliran Syi’ah muncul beberapa sekte yang sebagiannya ekstrim (ghulat) yang BAHKAN pernah menganggap Kholifah Ali bin Abi Tholib - rodhiollohu 'anhu - sebagai jelmaan Tuhan,  dan sebagian lainnya moderat. Di antara sekte-sekte ekstrim tersebut ada yang berfaham bahwa Ali menempati derajat ketuhanan, seperti diyakini sebagian pengikut Saba’iyah (mengikuti paham ‘Abdullah ibnu Saba’ Yahudi dari Madinah itu).

Ada juga yang melebihkan kedudukannya di atas Nabi Muhammad  - shollollohu ‘alaihi wasallam - seperti dipercaya Syi’ah Ghurabiyah. Sebagiannya lagi, seperti dilakukan aliran Kaisaniyah, mengangkat kedudukan cucu dan pewaris ilmu Ali bin Abi Tholib rodhiyallahu ’anhu, yaitu Muhammad bin al-Hanafiyah, sejajar dengan para nabi.

Tetapi dalam perkembangan sejarahnya, terdapat hanya dua sekte syiah yang terkenal, yaitu Syi’ah Imamiyah dan  Syi’ah Zaidiyah. Sekte Imamiyah berkeyakinan bahwa imamah sesudah Nabi sudah menjadi hak dan harus diberikan kepada Ali. Umumnya kaum Syi’ah sekarang adalah para penganut sekte Imamiyah ini yang mempunyai dua aliran utama, yaitu Ismailiyah (Sab’iyah atau mengakui Imam yang tujuh) dan Itsna Asy’ariyah (mengakui Imam yang dua belas).

Dalam ajaran Syi’ah Imamiyah dikenal 5 doktrin fundamental, yaitu: imamah, ishmah, mahdiyah, raj’ah dan taqiyah. Imamah sudah menjadi salah satu rukun Islam bagi mereka. Maka barangsiapa meninggal dunia dan tidak mengetahui imamnya, ia termasuk dalam kategori mati secara jahiliyah.

Berbeda dengan sekte Imamiyah, Zaidiyah berpendapat bahwa nash tentang imamah Ali itu cenderung merujuk pada pengertian sifat, dan bukannya kepada pribadi Ali.

Atas dasar ini, sekte Zaidiyah melihat bolehnya umat mengangkat imam dari orang yang kurang utama, sekalipun di tengah-tengah mereka ada orang yang lebih utama. Maka dari itu pula, mereka masih memandang keabsahan atau mengakui kekholifahan Abu Bakar, Umar dan Utsman rodhiyallahu ’anhum sekalipun secara pribadi, Ali rodhiyallahu ’anhu dinilai oleh mereka memiliki keutamaan lebih dibanding ketiga Kholifah sebelumnya.

Sifat ’moderat’ paham ini kemudian berubah menjadi ekstrim di tangan penganut Zaidiyah pada generasi selanjutnya, tetapi kaum Zaidiyah yang sekarang berkembang di Yaman lebih dekat kepada faham aliran Zaidiyah generasi pertama.

Dan bila Syi’ah Duabelas (Itsna Asy’ariyah) cenderung menarik diri dari politik dan kehidupan publik kebanyakan, maka Syi’ah Tujuh (Ismailiyah) justru mengembangkan sistem politik yang dapat dijabat secara aktif oleh pengikut mereka.

Dari masa itu mulai dikenal pula golongan Syi’ah yang terbagi-bagi (beberapa yang utama saja yang disebutkan di sini) antara lain menjadi – yang kiranya adalah yang terpenting dan terbesar - yakni Syi’ah (Imam) Keduabelas (atau tepatnya adalah Syi’ah Itsna Asy’ariyah yang juga dikenal sebagai juga dikenal sebagai Syi’ah al Rofidhah yang arti harfiahnya ”menolak”, karena sikap penolakan mereka atas keabsahan Khulafahur Rosyidin Abu Bakar, Umar dan Utsman dan para sahabat Rosululloh shalallahu ’alaihi wasallam rodhiyallahu ’anhum) yang percaya kepada mandat kekholifahan atau Daulah dari keduabelas Imam Syi’ah keturunan Rosululloh  - shollollohu ‘alaihi wasallam - dan atau Imam Ali bin Abi Tholib sampai Imam keduabelas dari keturunannya yang kemudian menghilang secara misterius dan kelak dipercaya akan kembali lagi membawa kedamaian, versi Syi’ah.

Imam terakhir ini diyakini Syi’ah berada dalam keadaan tidak hadir (mastur), ghaib, dan akan muncul kelak di waktu yang dikehendaki oleh Allah subhanahu wa ta’aala. Maka pada masa ketidakhadirannya ini, kekuasaan dipegang oleh wakil imam yang memenuhi kriteria mujtahid.

Aliran ini dikenal juga dengan sebutan al-Musawiyah karena imamah itu berpindah dari imam Syi’ah VI yaitu Ja’far bin Muhammad kepada Musa al-Kadzim. Selain itu, mereka juga dikenal sebagai Syi’ah al-Rofidhah yang arti harfiahnya adalah menolak, karena sikap penolakan mereka atas keabsahan kekholifahan Ahlus Sunnah wal Jama’ah.

Kemudian juga terdapat Syi’ah Ismailiyah (yang dikenal juga sebagai golongan Syi’ah Ketujuh) yang percaya kepada kekholifahan atau Daulah imam-imam Syi’ah keturunan Ali bin Abi Tholib hanya sampai pada keturunan Imam Keenam Syiah yakni Imam Ja’far As Shadiq saja.

Perbedaannya adalah bahwa Syi’ah Ismailiyah hanya mengakui keimaman sampai Ismail, putra pertama Ja’far Ash Shadiq yang ditunjuk sebagai Imam namun dan seharusnya menjadi Imam VII Syi’ah namun meninggal dunia sebelum ayahnya meninggal dunia, dan tidak mengakui keabsahan Musa al Kazhim, putra kedua Ja’far ash Shadiq yang kemudian menjadi Imam dari Syi’ah Itsna Asy’asriyah, yang berlanjut sampai Imam Syi’ah yang Keduabelas melalui keturunannya, yang kemudian Imam Kedua Belas ini diberitakan dan dianggap telah menghilang secara misterius untuk nanti akan kembali lagi sebagai imam Mahdi versi Syi’ah.

Agaknya sebagai reaksi terhadap keimaman Syi’ah ini, Kholifah Abu Ja’far Al Mansur (memerintah dari tahun 754-775 Masehi) dari KeKholifahan Daulah Bani Abbasiyah (dari kalangan Ahlus Sunnah wal Jama’ah), membunuhi semua pemimpin Syi’ah yang dipandang membahayakan kekuasaannya dan memenjarakan Imam Ja’far As Shadiq.
Ini tentu saja memicu ketegangan antara kaum Syi’ah dan Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Namun keturunan Kholifah Al Mansur, Kholifah Al Mahdi (memerintah dari tahun 775-785 Masehi), kemudian memindahkan ibukota Daulah Abbasiyah dari Damaskus ke Kufah lalu ke Baghdad, dan berusaha memperbaiki suasana tegang itu, mengambil hati kaum Syi’ah dengan berbagai cara, termasuk menggunakan julukan ’Al Mahdi’ tersebut.

Keturunan dari anaknya, Kholifah Al Ma’mun (anak dari Harun al Rasyid) yang telah memindahkan ibukota pemerintahannya dari Baghdad ke Samarrah, bahkan kemudian bergerak lebih jauh dalam mengambil hati meredam kemarahan kaum Syi’ah. Ia mencoba menunjuk Ali ar Ridha atau Imam Syiah VIII untuk menjadi penggantinya, sesudah menumpas pemberontakan Syi’ah dan Khawarij yang cukup hebat di masa pemerintahannya.

Namun kekerasan antara Syi’ah dan Daulah Abbasiyah terus berlangsung dan bahkan Kalifah Abbasiyah selanjutnya, Al Mutawakkil, menempatkan Imam Kesepuluh Syi’ah, Ali al Hadi dalam tahanan rumah. Akibatnya sang Imam tak dapat berhubungan dengan para pengikutnya secara langsung, dan komunikasi itu hanya dapat dilakukan melalui para perantara.

Dan ketika Imam XI Syi’ah meninggal dunia, dan tak meninggalkan keturunan laki-laki, muncul kabar bahwa dia mempunyai seorang anak laki-laki yang masih muda dan sedang bersembunyi demi keselamatannya.
Karena tak ada kabar resmi tentang keberadaannya yang misterius itu, ’para perantara’, ’para wakil ini’, memimpin kaum Syi’ah, membimbing studi esoterik Islam, mengumpulkan zakat, dan mengeluarkan pertimbangan hukum atas namanya.

Pada tahun 934 Masehi, ketika kehidupan fana Imam Yang Tersembunyi (mastur) itu akan segera berakhir, para wakil memberikan pesan bahwa sang Imam telah berada di alam ghaib, yang dengan suatu keajaiban, disembunyikan Tuhan dan akan kembali lagi satu saat nanti untuk memulai jaman keadilan, sebagai Imam Mahdi versi Syi’ah (Muhammad bin Hasan Al Asykari).

Seorang imam bagi Syi’ah dipercayai memiliki kualitas ishmah (keizinan) karena mewarisi posisi kenabian yang ma’shum (infallible, terjaga dari kesalahan). Jika mereka melakukan kesalahan, maka Allah pasti menurunkan wahyu untuk meluruskan kesalahannya.

Sedangkan doktrin mahdiyah (perihal al-mahdi) dan raj’ah (kedatangan kembali) dihubungkan dengan status imam mastur yang dipercaya akan muncul kembali sebagai mahdi yang membangun kerajaan Allah menjelang hari Kiamat kelak.

Ajaran ini tampaknya bagi sebagian kalangan ahli agama, memiliki akar dalam ajaran agama Zarathustra (Zoroaster) penyembah api yang lazim dianut bangsa Persia sebelum kedatangan Islam ke Persia.

Yang pantas pula dicatat kiranya, Syi’ah sendiri, mungkin terutama akibat pertentangannya dengan  Kekholifahan Sunni Abbasiyah saat itu, Imam Ja’far Ash Shadiq salah seorang imam terkemuka Syi’ah, membenarkan perilaku Taqiyyah, atau berpura-pura, untuk melindungi diri dari musuh-musuh mereka, bahkan lebih jauh lagi, sebagian kalangan Syi’ah menerjemahkannya dan memanfaatkanya untuk tujuan yang kurang terpuji atau untuk menyebarkan pahamnya secara diam-diam, bahkan pada saat tidak sedang terancam bahaya, sampai saat ini.

Paham taqiyyah yang berarti ”perlindungan”, dimaksudkan sebagai taktik strategis untuk merahasiakan eksistensi kesyiahannya, dengan berpura-pura patuh di bawah dominasi kekuasaan Kholifah Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang memerangi mereka hingga kekuatan yang dipersiapkan cukup memadai untuk melakukan perlawanan terbuka.
Taqiyah ini pada awalnya bersifat politis, tetapi pada gilirannya menjadi corak yang kental dalam konstruksi keberagamaan mereka.

Perlu kiranya disadari, sebagai catatan penting, bahwa sikap berpura-pura ini juga adalah kebiasaan kaum Yahudi, dan mengingat bahwa campur-tangan Yahudi cukup dalam, dalam pembentukan agama ini, maka menarik untuk merenungkan premisa akan keterkaitannya.

Syi’ah juga memiliki apa yang dikenal sebagai budaya Irfan dengan metode riyadlah, yang lebih kurang serupa dengan kelompok-kelompok Thariqat Dzikr (Shufi) di golongan Ahlus Sunnah wal Jama’ah (bahkan sebagian kalangan ahli menduga, sesungguhnya Shufi atau Tashawwuf dan Syi’ah berhubungan erat pada masa awalnya), dan tokohnya yang terkenal adalah Mullah Sadra.

Menarik untuk merenungkan bahwa Syi’ah berkembang pesat di Persia (Iran dan sebagian Iraq kini), wilayah yang diislamkan oleh tentara Islam pimpinan Kholifah Umar bin Khottob rodhiollohu ‘anhu, yang ini sudah diramalkan Rosululloh shollollohu ‘alaihi wasallam, dan dengan sendirinya menghancurkan agama Persia dan segala tiang-tiang dan budaya serta akidah agamanya, dan kemudian bahwa Kholifah Umar bin Khoththob - rodhiollohu ‘anhu - dibunuh oleh tawanan perang Persia bernama Abu Lu’lu’ah al Majusi.

Dan saat ini, makam pahlawan tak dikenal yang dipercaya sebagai Abu Lu’lu’ah di Iran menjadi obyek wisata dan ziarah kaum Syi’ah.

Yang terbesar dari semua golongan kaum Syi’ah adalah yang disebut oleh Sunni sebagai kaum Syi’ah Rofidhoh. Kata “Rofdh” secara bahasa memiliki makna menolak. (“Qamus Al Muhith”, Fairuz Abadi 2 atau 332, Maqayiis Allughoh, Ibnu Faris 2 atau 422.) karena mereka tak sejalan dengan Imam Syi'ah mereka - keturunan Ali RA yang mereka jadikan imam - yang justru tak mau memaki para Sahabat.

Rofidhoh secara istilah bermakna, sebuah firqoh (kelompok) yang menyatakan diri mendukung dan mencintai ahlul bait dari Rosulullah  - shollollohu ‘alaihi wasallam - dengan memusuhi Abu Bakar dan Umar serta Utsman rodhiollohu ‘anhu (padahal mereka adalah mertua, dan menantu dan masih kerabat Rosululloh shollollohu ‘alaihi wasallam dan dijamin Rosululloh shollollohu ‘alaihi wasallam masuk Surga dalam pandangan Ahlus Sunnah wal Jama’ah) serta para sahabat rodhiollohu ‘anhum kecuali beberapa orang sangat sedikit darinya, mengkafirkan mereka, dan mencela, memaki, memusuhi para sahabat rodhiollohu ‘anhum, ribuan darinya.

Imam Ahmad bin Hanbal rahimahulloh berkata bahwa golongan Syi’ah Rofidhoh adalah mereka yang memusuhi sahabat nabi shollollohu ‘alaihi wasallam, yang memaki-maki dan menghina mereka (“Tobaqot Al Hanabilah Ibn Abi Ya’la” 1 atau 33).

Anak beliau, ‘Abdullah bin Ahmad bin Hanbal berkata, "Aku bertanya kepada ayahku (Imam Ahmad bin Hanbal) tentang Rofidhoh maka dia menjawab bahwa mereka adalah yang memaki Abu Bakar dan Umar." (Riwayat Al Khollal dalam kitab “As Sunnah no 777 dengan sanad sohih menurut peneliti kitab tsb).

Imam Abu Qosim Attaimiy yang dijuluki “Pembela Sunnah”, berkata tentang Rofidhoh, bahwa, "mereka adalah yang memaki Abubakar dan Umar rodhiollohu ‘anhuma, semoga Allah meridhoi mereka berdua dan para pecinta mereka berdua" (“Al Hujjah fi Bayan Al Mahajjah“ 2 atau 478). Tidak ada kelompok lain selain Rofidhoh yang mencela Abu Bakar dan Umar.

Syaikhul Islam Ibnu Taymiyah kemudian berkata, "Hanya Rofidhoh yang memusuhi dan melaknat Abu Bakar dan Umar, tidak ada selain mereka yang membenci kedua sahabat tersebut." (“Majmu’ Fatawa” 4 atau 435)

Dalam literatur Rafidhoh telah dijelaskan bahwa cinta kepada Abubakar dan Umar adalah batasan yang membedakan mereka dengan kelompok lain yang mereka sebut sebagai Nawasib. Darrazi meriwayatkan dari Muhammad bin Ali bin Musa, "Aku menulis surat kepada Ali bin Muhammad Alaihissalam (Abul Hasan  Ali Al Hadi bin Muhamad Al Jawad yang adalah salah seorang Imam Syi’ah) tentang masalah mengenai Nasibi, apakah perlu untuk mengujinya atau mengetahuinya dengan lebih jauh dari sekedar mendahulukan Jibt dan Toghut (yang dimaksud adalah Abubakar dan Umar, disebutkan dalam tafsir Al Ayyasyi 1 atau 246 dalam keterangan Al Quran surat Annisa’ ayat 51) daripada Ali dan meyakini bahwa mereka berdua adalah Imam? Maka beliau menjawab bahwa siapa saja yang begitu berarti nasibi." (“Al Mahasin Anifsaniyyah” karangan Muhamad Al Asfur Addarrozi hal. 145).

Sementara itu kebanyakan ilmuwan berpendapat bahwa sebab mereka disebut Rofidhoh adalah karena mereka menolak Zaid bin Ali dan keluar dari tentaranya setelah sebelumnya mereka adalah tentara Zaid bin Ali saat beliau memberontak kepada Kholifah Hisyam bin Abdul Malik tahun 121 Hijriyyah setelah mereka mengumumkan permusuhan terhadap Abubakar dan Umar lalu dilarang oleh Zaid.

Abul Hasan Al Asy’ari berkata, ”Zaid bin Ali berpendapat bahwa Ali adalah sahabat yang paling utama dan berpendapat boleh memberontak kepada pemerintahan yang zolim serta mencintai Abubakar dan Umar. Setelah muncul orang yang memaki Abu Bakar dan Umar di kalangan tentaranya maka dia memarahi mereka. Lalu sebagian tentaranya menolak perkataan Zaid dan memisahkan diri dari kelompoknya lalu Zaid berkata, "Kalian telah menolakku (rofadhtumuunii)", maka dikatakan bahwa mereka disebut sebagai Rofidhoh karena perkataan zaid di atas” (“Maqolatul Islamiyiin” 1 atau 137).

Qowamussunah (Alhujjah fi bayanil mahajjah 2/478), Arrozi (I’tiqod Firoqul Muslimin wal Musyrikin halaman 52), Syihristani (Al Milal wannihal 1/155), Ibnu Taymiyyah (Minhajussunnah 1/8 Majmu’ Fatawa 13/36) juga berpendapat demikian.

Sementara itu Abul Hasan Al Asy’ari memiliki pendapat lain, yaitu mereka disebut Rofidhoh karena mereka menolak kepemimpinan Abubakar dan Umar – rodhiollohu ‘anhu - [Maqolatul Islamiyin 1/89].

Kaum Rofidhoh sangat tidak senang dengan sebutan ini dan berpendapat bahwa julukan ini (rofidhoh) adalah sebutan yang berasal dari musuh mereka. Muhsin Al Amin berkata “Rofidhoh adalah ejekan kepada mereka yang mengutamakan Ali bin Abi Tolib dalam khilafah dan kebanyakan digunakan untuk ejekan” (A’yanu Syi’ah 1/20).
Dan Syi’ah Itsna asy Asy’ariyah (12 Imam) yang sekarang berkuasa di Iran, tentulah biasanya termasuk Rofidhoh ini.

Satu hal yang mengherankan, apakah Sunni tidak harus dan patut mencintai Ahlul Bait sedangkan ini bagian dari akidah Sunni? Mengapa sampai dikesankan demikian? Padahal jumlah hadits dari kaum Ahlul Bait dalam kitab-kitab Sunni amat-sangat lebih banyak daripada di kitab-kitab Syi’ah?

Dan ini pun dengan kualitas hadits yang terjaga verifikasinya? Berbeda dengan yang ada di kitab-kitab Syi’ah? Dan hadits-hadits itu pun dijalankan oleh Sunni.

Mengapa Syi’ah berusaha menonjolkan klaim mereka akan ’kecintaan kepada Ahlul Bait’ ini sebagai ciri khas mereka, padahal Keduabelas Imam mereka tidak berusaha membenci dan menyebarluaskan kebencian terhadap Sahabat Nabi, yang sebenarnya juga adalah Ahlul Bait, dan mereka pun saling berkerabatan?

Padahal mereka saling berbesan? Saling bermenantu? Saling bermertua?

Dan ini termasuk Rosululloh shollollohu ’alaihi wasallam yang mulia sendiri, yang demikian?

Maka sungguh, kaum Syi’ah, berlindung di balik klaim kecintaan terhadap Rosululloh shollollohu ’alaihi wasallam
dan kaum Ahlul Bait, namun justru sebenarnya memfitnahi mereka, menjerumuskan mereka, dengan halus, namun sebenarnya amat keji. Kejam.

BERSAMBUNG KE BAGIAN KEEMPAT.